Fakta-fakta Dugaan Bullying dan Kematian Calon Dokter Spesialis di Surabaya

Jakarta

Kasus dugaan bunuh diri mahasiswa residen Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, Surabaya, AB, menjadi banyak perbincangan di lini masa. AB diisukan bunuh diri setelah mendapat bullying atau perundungan dari seniornya.

Perilaku bullying, dalam bentuk apapun, tentu tak dapat diterima. Terlebih bullying bisa dilakukan secara verbal, fisik, dan psikologis yang mengakibatkan korban merasa tertekan, trauma, dan tidak berdaya.

Atas kejadian ini banyak pihak yang menuntut agar kasusnya ditindak lebih lanjut agar tak ada korban lain yang berjatuhan. Namun sampai saat ini disebut belum ada laporan resmi yang masuk baik di polres maupin polsek jajaran Surabaya.

Berikut fakta-fakta dugaan bullying dokter muda di Surabaya seperti yang dirangkum detikcom.

1. Masih menjalani stase bedah

Rektor Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, Prof Moh Nasih mengatakan, AB baru saja menjalani stase bedah, atau bertugas di RSUD dr Soetomo selama tiga hari. Dan tiba-tiba ia mendengar kabar tersebut.

“Yang bersangkutan itu baru tiga hari stase di RS,” ujar Nasih kepada CNNIndonesia.com

2. Diduga meninggal usai tenggak cairan pembersih

Berdasarkan informasi yang dihimpun, mahasiswa AB meninggal dunia usai meminum cairan pembersih kimia. Aksi tersebut ia lakukan lantaran mendapat bullying dari seniornya.

3. IDI belum dapat laporan resmi

Wakil Ketua Pengurus Besar IDI dr Slamet Budiarto mengaku belum mendapat laporan langsung dari Surabaya. Menanggapi isu bullying yang beredar, dr Slamet menyinggung ketentuan perlindungan yang harusnya ditetapkan sesuai dengan UU pendidikan kedokteran.

Institusi disebut wajib memastikan setiap mahasiswa, tidak terkena kekerasan fisik maupun mental. Termasuk dalam hal ini, kasus bullying.

“Jadi iya yang bertanggung jawab adalah institusi pendidikannya, kalau ada yang melanggar UU tersebut. Kan di UU pendidikan kedokteran sudah jelas kan bahwa peserta didik itu harus mendapat perlindungan,” ujar dr Slamet kepada detikcom, Kamis (3/9/2020).

4. RS Soetomo enggan beri komentar

AB diketahui sedang menempuh Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Universitas Airlangga (Unair) dan menjalani praktik di RSUD dr Soetomo. Pihak RSUD dr Soetomo enggan memberikan komentar apapun soal meninggalnya AB.

“Enggak ada konfirmasi, enggak boleh, itu masalah etik,” kata Humas RSUD dr Soetomo, dr Pesta Parulian, saat dikonfirmasi CNNIndonesia.com.

Pihak RS juga tidak mengungkap sakit yang diderita AB karena berkaitan dengan privasi pasien.


Terima kasih telah membaca artikel

Fakta-fakta Dugaan Bullying dan Kematian Calon Dokter Spesialis di Surabaya