
Fakta di Balik Kontroversi Pelabelan BPA

Jakarta –
Polycarbonat atau yang dikenal dengan PC, yang mengandung Bisphenol-A, mencuat belakangan ini di media menyusul rencana dikeluarkannya regulasi Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI yang akan mengatur pelabelan terhadap galon polycarbonat atau galon guna ulang yang beresiko mengandung bahan kimia berbahaya Bisphenol-A (BPA). Namun, rencana regulasi ini dibanjiri opini dari segelintir pendukung industri plastik BPA di Indonesia yang menutup mata melihat fakta bahaya BPA terhadap kesehatan.
Banyak literatur dan penelitian yang telah menyatakan bahwa Plastik BPA terbukti tidak aman. Banyak negara telah melarang penggunaannya. Bahkan, dari banyak negara di dunia, kini, hanya tersisa di dua negara berkembang yang masih memperbolehkan, yaitu Indonesia dan Vietnam.
Perancis adalah negara yang mengawali kampanye kesehatan BPA Free. Pun, pada tahun 2011, Indonesia mengadopsi kecenderungan dunia dengan memutuskan dilarangnya BPA pada kemasan bayi.
Seiring itu tak terbantah semua merek air kemasan botol di Indonesia berbondong- bondong menggunakan plastik PET yang bebas BPA. Namun ironisnya di balik semua fakta ini, masih ada saja hembusan kritik terhadap plastik PET yang keamanannya bahkan telah diakui aman oleh seluruh dunia.
Bicara data, keunggulan plastik PET bahkan didukung riset yang menegaskan botol plastik PET aman digunakan. Kesimpulan ini dipublikasikan Council of Scientific and Industrial Research-Central Food Technological Research Institute (CSIR-CFTRI), Mysore, India.
Analisis CSIR-CFTRI menyimpulkan bahwa dipapar temperatur tinggi pun plastik PET tidak menyebabkan migrasi di dalam kemasan, semuanya masih di bawah batas deteksi (below detection limit). Batas ini juga masih di bawah regulasi Uni Eropa (UE) tentang ‘batas migrasi spesifik’, yang merupakan jumlah maksimum senyawa yang bisa bermigrasi dari kemasan ke dalam minuman di dalamnya.
Hasil riset ini mengonfirmasi bahwa tidak ada pelepasan senyawa antimon dalam kemasan botol plastik PET, yang kerap digadang-gadang sebagai bahaya PET. Selain itu, juga tidak ditemukan adanya endokrin disruptor (bahan kimia yang dapat mengganggu endokrin atau sistem hormon tubuh, seperti yang terkandung dalam plastik BPA) dalam penggunaan botol plastik PET. Secara keseluruhan, hasil riset ini menyimpulkan tidak ada senyawa kimia pada botol plastik PET yang melanggar batasan regulasi Uni Eropa.
“PET adalah plastik yang istimewa dan merupakan kemasan yang digunakan secara universal untuk makanan, farmasi, air, minyak sayur, perawatan tubuh, dan banyak lagi,” ujar Direktur Jenderal CSIR Department of Scientific and Industrial Research, Kementerian Sains dan Teknologi, India Dr. Shekhar C. Mande dalam keterangan tertulis, Senin (8/8/2022).
“Proyek riset ini tidak hanya meneliti aspek leaching (ekstraksi senyawa), tapi juga meneliti komposisi kimia plastik PET, dan lebih jauh lagi menyelidiki potensi ada atau tidaknya endokrin disruptor. Temuan ini tentu jauh lebih relevan daripada sekadar pengujian standar.” Pernyataannya ini memperkuat laporan analisis CSIR tentang botol plastik PET yang terbukti tidak menimbulkan aktivitas endokrin disruptor,” tambahnya.
Jadi, kenapa plastik PET lebih aman daripada plastik BPA? Berikut penjelasan dari beberapa lembaga yang terkenal dalam pengawasan kemasan pangan dan minuman seperti U.S. Food and Drug Administration (FDA), Health Canada, the European Food Safety Authority.
“PET merupakan senyawa yang dibuat dengan menggabungkan ethylene glycol dan terephthalic acid di bawah tekanan temperatur tinggi dan vacuum rendah untuk menghasilkan rantai polymer. Hasil akhirnya yang berupa polyester polymer dikenal sangat stabil, liat dan kuat. PET sanggup menolak rangkaian reaksi kimiawi atau biologis dengan unsur lainnya. Kualitas non-reaktif inilah yang menjadi inti dari keamanan PET,” dikutip dari penjelasan lembaga-lembaga pengawasan kemasan pangan dan minuman terkenal.
Jadi pada sisi ini terlihat jelas keunggulan plastik PET, yaitu kualitas keamanan.
Bila mengacu pada badan regulasi atau BPOM banyak negara di dunia dan juga termasuk Amerika yaitu U.S. Food and Drug Administration (FDA), plastik PET sudah disepakati aman digunakan untuk kemasan makanan dan minuman. Selama lebih dari 30 tahun, plastik PET lazim digunakan untuk beragam jenis makanan, dari kemasan selai kacang, minuman ringan, jus, bir, anggur dan minuman beralkohol lainnya.
Secara kasat mata bisa dilihat di mana-mana, sangat besar jumlah air minum dalam kemasan yang disimpan dalam kemasan plastik, termasuk yang terbuat dari bahan PET, polikarbonat plastik keras dan polyethylene. Sebagian besar kemasan sekali pakai, termasuk kemasan galon atau botol, diproduksi dari plastik PET yang seratus persen nantinya bisa dengan mudah didaur ulang.
Semua itu harus melalui proses yang meliputi dua aspek penting, yaitu memastikan kecilnya peluang terjadi pelepasan kimia dari kemasan plastik dengan air yang disimpan di dalamnya, serta memastikan apabila sampai terjadi pelepasan senyawa kimia dari plastik kemasan maka dipastikan tidak akan membahayakan kesehatan manusia.
Dengan semua penjelasan dan data pendukung positif terhadap keamanan plastik PET, maka bisa dikatakan kemasan plastik PET lebih aman untuk kesehatan manusia. Alasan keamanan yang didukung pembuktian hasil riset prestisius dan lolos aturan badan regulasi global inilah yang menjelaskan kenapa plastik PET digunakan secara masif di seluruh dunia, utamanya untuk kemasan makanan dan minuman dalam kemasan dan keperluan lainnya, seperti untuk kebutuhan farmasi dan medis.
Fakta-fakta ini selayaknya dikedepankan, pasti lebih penting kesehatan warga dunia, ketimbang mempromosikan informasi BPA alih-alih mengakomodir kepentingan dagang.
Fakta di Balik Kontroversi Pelabelan BPA
