Era 5G Lahirkan Ekosistem AIoT 

Jakarta, – Pemanfaatan teknologi Internet of Things (IoT) dalam beberapa tahun belakangan, terus mengalami pertumbuhan. Mulai hadirnya layanan jaringan geberasi kelima atau yang biasa disebut 5G, ikut berpotensi membuat layanan IoT akan makin luas lagi diimplementasikan. 

Dalam beberapa tahun mendatang, akan ada berbagai tren teknologi yang akan membentuk kehidupan masyarakat. Di antaranya, perangkat wearable, edge computing, nano chip computing, hybrid cloud, hingga Wifi-6. 

Sedangkan khusus untuk IoT, hadirnya teknologi 5G, akan memberikan dampak signifikan terhadap laju perkembangan IoT secara global, tak ketinggalan di Indonesia.

Seakan belum cukup dengan konektivitas 5G yang sejatinya saat ini masih terus dalam upaya dihadirkan merata secara berkala, jenis teknologi lain yang tak kalah gencar digaungkan ialah AIoT, yang merupakan gabungan dari Artificial Intelligence (AI) atau lebih banyak dikenal dengan istilah kecerdasan buatan, dan Internet of Things (IoT).

Teguh Prasetya, Ketua Umum Asosiasi IoT Indonesia (ASIOTI) & Dirut Alita menyampaikan bahwa AIoT dan 5G akan terus berkolaborasi untuk bisa mewujudkan aplikasi-aplikasi dengan berbagai solusi untuk industri vertikal.

Sebagai contoh, Smart Home merupakan salah satu bentuk nyata dari implementasi AIoT yang saat ini sudah hadir di Indonesia, walau keberadaannya masih belum menjadi hal yang umum.

Era 5G Lahirkan Ekosistem AIoT   Era 5G Lahirkan Ekosistem AIoT 

Sekadar informasi, Smart Home sendiri merupakan keberadaan rumah berbasis teknologi di mana sebagian besar perangkat elektronik di dalamnya dapat dikendalikan secara nirkabel dan dapat melakukan hal tertentu berdasarkan perintah yang diberikan.

Dijelaskan Teguh, tingkat adopsi Smart Home di Indonesia mengalami lonjakan akibat pandemi Covid-19. Tren penetrasi smart home di 2020 dilaporkan sebesar 6,35 juta rumah dari sebelumnya hanya tercatat 1,5 juta rumah yang adopsi smart home pada 2019.

Teguh menerangkan, peluang mengembangkan layanan AIoT termasuk Smart Home, bisa dimanfaatkan oleh service provider lokal. Menurutnya, revenue sebesar 78% dari application and platform dapat digali oleh service provider AIoT yang menawarkan layanan secara customize. Di mana target penggunanya menyasar kalangan bisnis.

“Banyak sekali sektor yang belum tersentuh. Apalagi kalo ngomong AIoT dan 5G untuk private, itu paling ditunggu-tunggu. Kalau mereka bisa standalone buat disitu berbasis 5G, yang mana infrastrukturnya mulai dari Open Systems, Open RAN, Open Core, semua yang end-to-end bisa dibuat karena biayanya 30-40 persen lebih murah dari sisi Capex. Opex-nya pun 30 persen lebih murah ketimbang legacy system,” ungkapnya.

Apabila konektivitas 5G di Indonesia sudah dapat dinikmati secara merata, maka bukan tidak mungkin jika hal tersebut akan sejalan dengan semakin banyaknya implementasi AIoT dan kemajuan teknologi yang bisa menghadirkan kemudahan dari segi teknologi tidak hanya bagi pemerintah, melainkan juga bagi masyarakat dalam berbagai aspek yang membutuhkan bantuan teknologi yang mumpuni layaknya AIoT.

Agresivitas realme mengembangkan perangkat AIoT 

Era 5G Lahirkan Ekosistem AIoT 

Era 5G Lahirkan Ekosistem AIoT   Era 5G Lahirkan Ekosistem AIoT 

Masuk ke Indonesia pada Oktober 2018, realme mulai membangun ekosistem Artificial Intelligence of Things (AIoT) dua tahun kemudian.

realme resmi menjadi salah satu pemain di industri AIoT pada Januari 2020 dengan meluncurkan realme Buds Air. Produk tersebut merupakan True Wireless Stereo (TWS) pertama dari realme yang menghadirkan banyak fitur untuk mendengarkan musik dengan kualitas yang lebih baik.

Marketing Director Realme Indonesia Palson Yi mengatakan ekspansi lini bisnis baru ini karena Realme menangkap tren perangkat IoT seperti earbud, smart watch hingga smart tv seiring dengan perkembangan 5G di seluruh dunia.

realme ingin terus mengembangkan ekosistem AIoT, menciptakan rantai ekologi AIoT, mengumpulkan lebih banyak pengguna, dan membertuk efek skala besar untuk mencapai ekosistem AIoT yang lebih terintegrasi. Menurut realme, kehadiran teknologi 5G menjadi dapat memperkuat penetrasi pasar AIoT.

Agar semakin fokus dalam menciptakan produk-produk AIoT yang terintegrasi, realme mengubah strategi dari sebelumnya 1+4+N kini menjadi 1+5+N. Dimana merujuk pada 1 = smartphone, 5 = earphone True Wireless Stereo (TWS), wearable device, Smart TV, tablet dan laptop, sedangkan T = Techlife. 

“Realme berharap, serangkaian produk AIoT yang dikembangkan dapat memenuhi kebutuhan pengguna, khususnya anak muda Indonesia, untuk menunjang gaya hidup yang lebih cerdas melalui produk trendsetting technology yang trendi dan terjangkau semua kalangan,” kata Palson.

Tahun 2021 juga ingin dijadikan realme sebagai momentum untuk membantu lebih banyak konsumen untuk mengadopsi teknologi baru, terutama untuk menghadirkan ponsel dengan jaringan 5G dengan harga yang lebih ringan.

Sebab itu, realme sedang membangun hubungan dengan berbagai mitra mulai dari operator, produsen perusahaan internet, dan pengembang aplikasi untuk memngembangkan jaringan dan menjelajahi ekosistem 5G. Langkah ini dilakukan agar realme mampu menjadi merek yang bisa memenuhi kebutuhan konsumen sekarang dan di era 5G mendatang.

Palson Yi percaya Indonesia memiliki pasar AIoT potensial karena setengah populasi di Indonesia berusia 30 tahun. Generasi ini disebut Yi menyukai teknologi-teknologi kekinian yang berkembang di seluruh dunia.

“Orang-orang cepat mengadopsi AIoT. Anak muda mendekorasi rumah baru mereka dan instal berbagai produk AIoT seperti Air Conditioner yang mendukung remote control. Ini tren global yang juga akan merambah Indonesia. Produk smartphone kami sebagai pemain baru bisa sukses, mengapa tidak kami perkenalkan juga produk AIoT sebagai added value untuk konsumen,” terangnya.

Sebagai merek global, strategi ekspansi ke produk IoT juga diterapkan di negara yang telah terlebih dulu menerapkan 5G seperti China, negara-negara Eropa Barat termasuk Amerika Serikat.

Terima kasih telah membaca artikel

Era 5G Lahirkan Ekosistem AIoT