Emas Berpotensi Naik Usai Tewasnya Insiden Presiden Iran

– Harga emas pagi ini cenderung mengalami penurunan. Berdasarkan analisis dari Deu Calion Futures (DCFX), Andrew Fischer, mengindikasikan adanya potensi koreksi yang cukup besar dalam harga emas saat ini, namun menyarankan bahwa situasi ini masih bisa dimanfaatkan oleh investor yang menyukai analisa jangka pendek.

Fischer mencatat bahwa harga emas saat ini menunjukkan potensi penurunan. Meskipun dalam beberapa minggu terakhir emas mengalami tren bullish yang kuat, beberapa kejadian baru-baru ini telah menciptakan ketidakpastian yang mempengaruhi sentimen pasar.

Baca juga: Harga Emas Naik Dipicu Sinyal Dovish dari The Fed

Salah satu kejadian utama adalah kecelakaan helikopter yang menimpa Presiden Iran, Ebrahim Raisi, yang dianggap sebagai pemimpin garis keras dan calon pemimpin tertinggi Iran berikutnya.

Kecelakaan yang melibatkan Presiden Iran ini menimbulkan spekulasi bahwa ada keterlibatan pihak-pihak tertentu, termasuk Israel. Jika terbukti ada hubungan dengan Israel, harga emas diperkirakan akan melonjak kembali, didorong oleh ketidakpastian politik dan permintaan aset safe haven.

Fischer menjelaskan bahwa ketidakstabilan di Timur Tengah sering kali mendorong permintaan untuk aset safe haven seperti emas.

“Ketegangan yang meningkat, termasuk potensi konflik antara Israel dan Iran serta situasi militer antara Rusia dan Ukraina, menambah tekanan pada pasar,” ujarnya.

Faktor lain yang mendukung harga emas adalah ekspektasi penurunan suku bunga oleh Federal Reserve AS.

Data inflasi AS yang lemah untuk bulan April telah meningkatkan harapan bahwa bank sentral akan mulai memangkas suku bunga paling cepat pada bulan September tahun ini.

“Ekspektasi ini telah mendorong reli yang lebih luas di pasar logam mulia, termasuk emas,” katanya.

Fischer juga menyoroti bahwa ketakutan terhadap kemungkinan pecahnya Perang Dunia III akibat kecelakaan tersebut menjadi perhatian utama investor.

“Jika ketegangan meningkat dan ada bukti keterlibatan Israel, harga emas diprediksi akan kembali naik signifikan. Namun, untuk saat ini, pasar masih dalam fase penyelidikan dan menunggu perkembangan lebih lanjut dari situasi ini,” ujarnya.

Dari sisi analisis teknikal, Fischer menggunakan metode candlestick dan trendline untuk memprediksi pergerakan harga emas.

Menurutnya, meskipun belum ada berita signifikan yang muncul hari ini, pola candlestick menunjukkan potensi koreksi. Tren emas yang sebelumnya berada dalam kondisi bullish yang kuat, sekarang perlu diwaspadai karena adanya tanda-tanda penurunan.

Hari ini, harga emas mencapai rekor tertinggi dalam perdagangan di Asia. Spot gold naik hampir 1% ke level tertinggi $2.440,56 per ons, sementara gold futures yang akan berakhir pada bulan Juni mencapai rekor tertinggi $2.444,55 per ons.

“Kenaikan ini didorong oleh meningkatnya ketegangan di Timur Tengah pasca kecelakaan helikopter yang melibatkan Presiden Iran. Situasi ini menambah permintaan terhadap emas sebagai aset safe haven,” ujarnya.

Selain emas, logam mulia lainnya juga mengalami kenaikan. Platinum futures naik 0,2% menjadi $1.096,50 per ons, sementara silver futures melonjak 3,2% ke level tertinggi lebih dari 11 tahun di $32,285 per ons.

Kenaikan harga logam-logam ini didukung oleh ekspektasi penurunan suku bunga AS tahun ini serta meningkatnya permintaan dan pasokan yang lebih ketat, terutama pada logam industri.

Secara keseluruhan, meskipun ada potensi penurunan harga emas dalam jangka pendek, faktor-faktor geopolitik dan kebijakan moneter global tetap memberikan dukungan terhadap harga emas.

“Investor diharapkan tetap waspada dan mempertimbangkan analisis jangka pendek untuk mengantisipasi volatilitas pasar yang tinggi,” tutup Fischer.

Baca juga: Emas Berpotensi Cerah, Didukung Faktor Geopolitik dan Ekonomi Global

Terima kasih telah membaca artikel

Emas Berpotensi Naik Usai Tewasnya Insiden Presiden Iran