
Ekosistem Telekomunikasi yang Berdampak Terhadap Keberlanjutan Kian Mendesak

Jakarta, – Jaringan telekomunikasi saat ini menyedot sekitar 3% energi di dunia dan menghasilkan sekitar 2% dari gas rumah kaca di dunia. Jadi, alangkah baiknya jika kita bisa mengubah jaringan menjadi lebih berkelanjutan.
Tentu saja hampir di seluruh sektor industri, termasuk penyedia layanan telekomunikasi, ingin mengurangi biaya operasional jaringan mereka dengan menjadi lebih hemat energi.
Namun, guna mencapai keberlanjutan adalah masalah yang kompleks dan berlapis-lapis, dan ini masalah yang mengharuskan seluruh ekosistem bekerja sama untuk mengurangi jejak karbon karbon dioksida dari industri telekomunikasi.
Menuju target tersebut, banyak penyedia layanan berharap pada analitik data mutakhir yang ditenagai oleh kecerdasan buatan (AI) untuk mendorong outcomes yang lebih baik.
Namun menurut Rimma Iontel selaku Chief Architect–Global Telco Team Red Hat, AI hanya bisa sebagus data yang diberikan kepadanya, dan mengumpulkan data akurat yang cukup di area-area seperti pola trafik dan konsumsi energi di jaringan tradisional serta cloud dan multi-vendor, adalah tantangan yang masih harus diatasi.
Menurutnya, ada juga tantangan untuk mengubah rekomendasi AI menjadi manipulasi real-time terhadap jaringan dan alur kerja yang terkait, dengan otomatisasi besar-besaran.
Selain itu, AI sendiri bisa menjadi kontributor signifikan terhadap konsumsi daya sehingga kita harus sangat berhati-hati dalam menggunakannya untuk optimasi daya jaringan.
Bahkan saat ini, banyak proyek berkelanjutan diimplementasikan secara terpisah, berfokus pada domain dan tantangan jaringan individu dan pendekatan ini ternyata begitu terbatas.
Untuk memaksimalkan dampak dari strategi efisiensi energi, Rimma Iontel menegaskan, dibutuhkan pendekatan yang lebih holistik di seluruh domain jaringan dengan memanfaatkan platform terbuka yang menggunakan analitik data mutakhir, AI, dan otomatisasi.
Rimma Iontel memaparkan berikut beberapa dasar pendekatan terpadu yang menyoroti beberapa upaya bersama yang sedang dilakukan secara aktif oleh Red Hat bersama mitra.
Baca Juga: Geber Transformasi Digital, BTPN Syariah dan Pegadaian Diganjar Penghargaan Red Hat
Infrastruktur 5G terbuka untuk memaksimalkan value dan mengurangi konsumsi daya
Red Hat, NEC dan Intel telah bekerja sama dalam menyediakan infrastruktur 5G core yang terbuka yang akan membantu mengurangi pengeluaran operasional yang terkait dengan biaya dan konsumsi daya. Kini NEC bisa mengurangi konsumsi daya komersial user plane function (UPF) terkonvergensi 5G-nya di Red Hat OpenShift sebesar lebih dari 30% dengan Intel Infrastructure Power Manager for 5G Core.
Dengan Intel Infrastructure Power Manager for 5G Core, setiap core di prosesor mendapatkan daya yang sesuai di waktu yang tepat untuk tetap meminimalkan emisi dan biaya. Pelajari lebih lanjut tentang kerja sama Red Hat, NEC dan Intel untuk berkontribusi kepada keberlanjutan dan pengurangan konsumsi daya untuk jaringan 5G.
Baca Juga: Bantu Pelanggan Manfaatkan Solusi Open Source, Red Hat Apresiasi 7 Mitranya
Pemrosesan panggilan yang berkelanjutan dan kontinuitas paket dengan daya yang lebih besar
Tahun lalu, Red Hat menampilkan kolaborasi antara Red Hat dan Arm untuk menyediakan solusi 5G dan vRAN yang lebih hemat energi, dengan dukungan teknologi open source Red Hat dan platform komputasi Arm.
Baru-baru ini, berkolaborasi dengan NEC, Arm dan Qualcomm Technologies, Inc., kami berhasil mendemonstrasikan operasional keseluruhan dari virtualized radio access network (vRAN) terbuka dan produk 5G core dari NEC menggunakan Qualcomm X100 5G RAN Accelerator Cards dan CPU berbasis Arm Neoverse di Red Hat OpenShift dalam lingkungan yang setara secara komersial.
Dengan mengintegrasikan teknologi, Red Hat berhasil menunjukkan pemrosesan panggilan yang berkelanjutan dan kontinuitas paket dengan penghematan daya dan ruang yang lebih baik dengan potensi pengurangan total biaya kepemilikan secara signifikan dalam penggunaan RAN oleh penyedia layanan.
Baca Juga: Dorong Inovasi di Open Hybrid Cloud, Red Hat Enterprise Linux 9 Diluncurkan
Menggunakan Kepler dan AI untuk memonitor penggunaan daya
Pelatihan model dan inferensi mengonsumsi energi yang besar di tingkat containers, pods, namespaces. Proyek open source Kepler, atau Efficient Power Level Exporter berbasis Kubernetes menangkap metrik konsumsi energi di seluruh jajaran platform untuk membantu administrator sistem dan pengembang memahami, mengoptimalkan dan merencanakan pemakaian energi.
Teknologi ini, yang dikembangkan bersama oleh Red Hat dan IBM Research dan digunakan oleh Red Hat OpenShift untuk memonitor daya, bisa mengetahui konsumsi energi di CPU dan graphical processing unit (GPU), serta menyediakan insights mengenai pola penggunaan komputer dari pelatihan dan tugas inferensi, dan bukti untuk perbaikan dan optimasi lebih jauh.
Kepler membantu melengkapi proyek open source dan teknologi lain dengan data yang mereka butuhkan untuk bisa mengelola energi dengan lebih baik. Satu contohnya adalah SusQL, sebuah proyek open source yang digunakan untuk melacak training job model AI dalam lingkungan terdistribusi, yang menggunakan metrik Kepler untuk mengagregasi konsumsi energi pada berbagai training job yang terdistribusi, memperluas insight konsumsi daya ke level klaster.
Ia juga memungkinkan optimasi pada layanan inferensi model, seperti pada Red Hat OpenShift AI, sebuah platform MLOps untuk mengembangkan, melatih, menjalankan, serta mengawasi aplikasi AI di OpenShift. Secara bersama-sama, konsumsi listrik bisa diawasi untuk mendapatkan pola pemakaian energi.
Pola ini bisa dihubungkan dengan konfigurasi sistem dan penyediaan layanan untuk merekomendasi performa optimal dari konfigurasi per watt. Dengan tools seperti Kepler yang diintegrasikan ke dalam portofolio Red Hat, kami bisa membantu menjadikan AI lebih berkelanjutan.
Halaman berikutnya
Red Hat, Intel dan Ericsson mengurangi konsumsi daya pada jaringan
Ekosistem Telekomunikasi yang Berdampak Terhadap Keberlanjutan Kian Mendesak
