Dosis 1-2 Pakai Sinovac, Booster-nya Pakai Apa? Ini Panduan ‘Mix-Match’ BPOM

Jakarta

Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) mengeluarkan izin penggunaan darurat booster atau dosis lanjutan vaksin COVID-19 yakni CoronaVac (Sinovac), Pfizer, AstraZeneca, Moderna dan Zifivax.

Terdapat dua kategori pemberian booster, yakni homolog dan heterolog. Pada homolog, booster vaksin COVID-19 menggunakan jenis vaksin yang sama dengan dosis primer pertama dan kedua. Sedangkan pada heterolog, jenis vaksin booster atau lanjutan yang digunakan berbeda dengan dosis primer.

“Booster ini ada dua kategori. Bisa di-booster oleh dirinya sendiri yang kita katakan homolog atau booster dengan vaksin lain. Ini yang mungkin diceritakan Ibu Penny (Kepala BPOM) bagaimana BPOM mencari heterolognya yang cocok yang mana, untuk memberikan keamanan tinggi yang mana,” kata Ketua Indonesian Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI), Profesor Dr dr Sri Rezeki Hadinegoro,SpA(K) dalam konferensi pers, Senin (10/1/2022).

Jika pada dosis 1 dan 2 menggunakan vaksin COVID-19 Sinovac, vaksin jenis apa yang boleh digunakan sebagai booster? Berikut aturan penggunaan masing-masing jenis vaksin COVID-19 sebagai booster:

1. CoronaVac (Sinovac)

CoronaVac (Sinovac) adalah vaksin COVID-19 berbasis inactivated virus, digunakan sebagai booster homolog. Artinya, booster CoronaVac diberikan pada orang yang pada dosis 1-2 vaksinasi COVID-19 juga menggunakan Sinovac. Diberikan satu dosis setelah 6 bulan sejak vaksinasi primer dosis lengkap 1 dan 2 untuk usia 18 tahun.

“Imunogenisitas menunjukkan peningkatan titer antibodi netralisasi hingga 21-35 kali setelah 28 hari pemberian vaksin booster ini pada subjek dewasa,” kata Kepala BPOM, Penny K Lukito, dalam konferensi pers, Senin (10/1/2022).

Booster Sinovac diberikan pada pemerima: Sinovac

2. Pfizer (Comirnaty)

Pfizer atau Comirnaty digunakan sebagai booster homolog dengan platform mRNA. Artinya, booster Pfizer diberikan pada penerima dosis 1-2 menggunakan vaksin Pfizer. Booster Pfizer diberikan sebanyak 1 dosis dalam rentang waktu minimal 6 bulan setelah vaksinasi COVID-19 primer dosis lengkap, pada usia 18 tahun ke atas.

Booster Pfizer diberikan pada pemerima: Pfizer

3. AstraZeneca

AstraZeneca adalah vaksin COVID-19 berbasis Non Replicating Viral Vector digunakan sebagai booster homolog, diberikan pada orang yang pada vaksinasi dosis 1-2 menggunakan AstraZeneca. BPOM menjelaskan, peningkatan imunogenisitas nilai rata-rata titer antibodi booster AstraZeneca sekitar 3,5 kali.

Booster AstraZeneca diberikan pada pemerima: AstraZeneca

4. Moderna

Vaksin COVID-19 Moderna digunakan sebagai booster homolog dan heterolog dengan dosis setengah untuk satu suntikan. Sebagai homolog, booster Moderna diberikan pada orang-orang dengan dosis 1-2 juga menggunakan Moderna.

Sedangka sebagai booster heterolog, vaksin Moderna diberikan pada orang-orang yang pada vaksinasi dosis 1 dan 2 menggunakan vaksin AstraZeneca, Pfizer, dan Johnson & Johnson (Janssen) dengan dosis setengah.

“Menunjukkan respons bodi netralisasi sebesar 13 kalinya setelah pemberian dosis booster dan juga pada subjek dewasa 18 tahun ke atas,” terang Penny.

Booster Moderna diberikan pada pemerima: Moderna, AstraZeneca, Pfizer, Janssen

5. Zifivax

Zifivax buatan Anhui Zhifei Longcom Biopharmaceutical digunakan sebagai booster heterolog, diberikan pada orang yang pada vaksinasi COVID-19 primernya menggunakan vaksin Sinovac atau Sinopharm. Booster Zifivax diberikan 6 bulan setelah vaksinasi COVID-19 primer dosis lengkap.

Mengingat kebanyakan masyarakat Indonesia menggunakan vaksin Sinovac sebagai dosis 1-2, mungkinkah nantinya vaksin Pfizer dan AstraZeneca boleh digunakan sebagai booster? Simak penjelasan BPOM di halaman selanjutnya.

Booster Zifivax diberikan pada pemerima: Sinovac, Sinopharm


Terima kasih telah membaca artikel

Dosis 1-2 Pakai Sinovac, Booster-nya Pakai Apa? Ini Panduan ‘Mix-Match’ BPOM