Dinilai ‘Kecolongan’ Soal Varian Delta, Ini yang Bisa Dipelajari dari India

Jakarta –
Varian Delta atau B1617.2 melatarbelakangi gelombang dahsyat COVID-19 di India. Penyebarannya yang amat cepat menyebabkan lonjakan kasus positif dan kematian besar-besaran. Ahli menyebut, kondisi miris ini disebabkan India ‘kecolongan’ di awal temuan varian tersebut.
Kasus pertama COVID-19 akibat varian Delta ditemukan di distrik Amravati, negara bagian barat Maharashtra pada awal Februari 2021. Pada bulan itu, otoritas kesehatan mencatat peningkatan pesat kasus COVID-19 di Amravati, sementara wilayah-wilayah lain India mengalami penurunan kasus.
Salunke, mantan pejabat WHO yang menasihati pemerintah Maharashtra mengaku sempat menghubungi penasihat utama virus corona Perdana Menteri Narendra Modi, V.K. Paul, dan kepala Pusat Pengendalian Penyakit Nasional (NCDC), Sujeet Kumar Singh.
Salunke memperingatkan Paul dan Singh bahwa temuan mutasi virus di Amravati menular pesat. Ia menegaskan, pemerintah harus gerak cepat mengumpulkan sampel untuk mendeteksi sifat varian.
“Meskipun petugas kesehatan masyarakat seperti saya sudah memberikan peringatan keras, mereka tidak menggubris,” kata Salunke, dikutip dari Reuters, Rabu (16/6/2021).
Si sisi lain, Paul bersikeras bahwa penelitian terkait varian Delta sebenarnya sudah dilakukan Institut Virologi Nasional India (NIV) sejak awal temuannya.
Tak Boleh Lagi Pakai Nama Negara! Ini Daftar Nama Baru Varian Corona Foto: infografis detikHealth
|
“Pemerintah sudah secara intens, berulang kali, dari berbagai forum, menekankan perlunya penahanan menggunakan semua alat dengan lebih giat, dan mengoptimalkan pengujian,” kata Paul.
Terlepas dari perdebatan tersebut, pemerintah federal tetap mengizinkan acara pemilu, festival keagamaan, dan berbagai pertemuan massal lainnya tanpa ada upaya menekan penyebaran varian baru.
Dalam 80 hari, varian delta merembet dari Amravati ke berbagai negara, termasuk Indonesia. Disebabkan penyebaran yang cepat dengan risiko tinggi gejala berat, varian ini diyakini menimbulkan kemunduran global dalam penanganan pandemi COVID-19.
Kini, rumah sakit di India kehabisan tempat tidur dan tabung oksigen, menyebabkan korban COVID-19 bergelimpangan. Semakin runyam, tak hanya berebut rumah sakit, kini masyarakat India berebut layanan krematorium.
“Apa yang terjadi di Maharashtra adalah fenomena alam. Itu seharusnya ditangani dengan strategi perang, sebagai keadaan darurat mutlak,” kata petugas pengawasan negara bagian Maharashtra Dr Pradip Awate.
“Itu diabaikan dan semua orang terlalu fokus soal pemilu,” katanya