Dilanda Kesepian, Lansia di Jepang Rela Masuk Penjara

Jakarta –
Tak hanya berhadapan dengan angka populasi baru yang merosot, Jepang juga dihadapkan dengan populasi menua yang terus bertambah. Jepang menua lebih cepat daripada negara lain di dunia.
Sistem pensiun nasional berada di bawah tekanan yang sangat besar untuk menopang bertambahnya jumlah lansia, sementara jumlah orang yang berkontribusi pada sistem tersebut semakin berkurang.
Data National Institute of Population and Social Security Research pada tahun 2020 menunjukkan jumlah orang Jepang di atas 65 tahun mencapai rekor tertinggi 36 juta, atau 29 persen dari total populasi 125 juta. Angka ini dua kali lebih tinggi dari 25 tahun yang lalu dan diperkirakan akan meningkat menjadi 35 persen pada tahun 2040.
Mirisnya, Negeri Sakura ini juga telah diguncang oleh gelombang kejahatan lansia. Tidak sedikit orang tua yang ‘ditinggalkan’ lebih suka masuk penjara daripada hidup dalam kemiskinan dan sendirian.
Pada tahun 2019, BBC melaporkan gelombang kejahatan yang dilakukan oleh lansia, mencatat pelaku yang berusia di atas 65 tahun di Jepang terus meningkat selama dua dekade terakhir. Sebagian besar dari mereka adalah pelanggar berulang, dengan lebih dari sepertiga dari 2.500 orang berusia di atas 65 tahun yang dihukum pada tahun 2016 memiliki lebih dari lima hukuman sebelumnya.
Alasan lonjakan kejahatan kecil di kalangan lansia ini terkait dengan biaya hidup dan kurangnya sistem pendukung bagi warga lanjut usia.
Beberapa melakukan pelanggaran ringan agar bisa dihukum beberapa bulan penjara, tempat mereka akan diurus tanpa membebani keluarga mereka. Bagi mereka, berada di balik jeruji besi lebih baik daripada berjuang secara finansial, terutama karena banyak orang lanjut usia hidup dengan uang pensiun mereka yang sedikit.
Selanjutnya: Lansia lebih pilih dipenjara daripada sendirian di rumah