Diidap Guru Susan, Ini Jejak Guillain-Barre Syndrome dalam Uji Vaksin Corona

Jakarta

Ketua Komnas KIPI Prof Hindra Irawan Satari angkat bicara soal kelumpuhan yang dialami guru Susan usai menerima dosis kedua vaksin COVID-19. Hasil investigasi menunjukkan guru Susan mengalami kondisi langka Guillain-Barre Syndrome (GBS) namun tak terkait dengan vaksin COVID-19.

“Diagnosis dari DPJP RSHS: guillain barre syndrome,” katanya.

Akhir Desember tahun lalu, sindrom GBS ini pernah membuat uji klinis fase 3 vaksin Sinopharm yang dilakukan di Peru dihentikan sementara. Kepala peneliti uji coba vaksin German Malaga, mengatakan ada relawan vaksin yang mengalami kejadian serius dan masalah pada sarafnya.

“Beberapa hari lalu kami memberikan sinyal, sebagaimana tugas kami seharusnya, kepada pejabat yang berwenang bahwa salah satu peserta uji klinis menampilkan gejala neurologis, yang bisa terkait Guillain-Barre Syndrome (GBS),” kata Malaga.

Setelah melakukan diskusi dengan pengembang vaksin Sinopharm, pejabat kesehatan Peru meyakini tak ada hubungan antara keduanya dan kembali melanjutkan uji klinis vaksin.

Sementara itu, dua relawan vaksin COVID-19 Johnson & Johnson, satu penerima vaksin dan lainnya plasebo juga mengalami sindrom Guillain-Barré. Kejadian ini dilaporkan dalam jurnal Neurology oleh peneliti di American Academy of Neurology.

Dalam laporan kasus, seorang wanita berusia 60 tahun diberi vaksin COVID-19 J&J pada Desember 2020. Sepuluh hari kemudian, ia mengalami nyeri yang menyakitkan di punggungnya dan kakinya tidak bisa digerakkan.

Ia kemudian dirawat di rumah sakit selama 10 hari dan menjalani pemulihan setelahnya.

Meski ada jejak sindrom GBS pada uji klinis vaksin, para peneliti menekankan bahwa hal itu tidak membuktikan vaksin menjadi pemicu utama penyakit tersebut. Hal ini karena bukan hanya penerima vaksin yang mengalami GBS tetapi juga penerima plasebo.


Terima kasih telah membaca artikel

Diidap Guru Susan, Ini Jejak Guillain-Barre Syndrome dalam Uji Vaksin Corona