Curhat Pedagang Usai Satgas COVID-19 Soroti Bahaya Tali Masker

Jakarta

Satgas Penanganan COVID-19 menyoroti penggunaan tali masker yang belakangan marak digunakan. Tali masker ini banyak dipakai lantaran cukup membantu saat bingung di mana harus menyimpan masker kala makan atau aktivitas lainnya.

Menurut Ketua Bidang Penanganan Kesehatan Satgas COVID-19 Brigjen TNI (Purn) dr Alexander K Ginting, SpP (K), saat memakai tali masker, bagian dalam masker berisiko terkena permukaan lain seperti baju hingga hijab. Artinya, masih ada risiko penularan COVID-19 dari sana.

“Kalau kita turunkan pakai pengait itu sampai ke bawah, itu akan kena ke hijab, ke baju. Jadi sebenarnya bagian dalam masker itu tidak boleh kontak dengan lain-lain kecuali dengan bagian tubuh,” kata Brigjen TNI (Purn) dr Alexander K Ginting, SpP (K) dalam konferensi pers BNPB beberapa waktu lalu.

Penjual tali masker, Moko asal Yogyakarta, mengaku tak setuju terkait anjuran tersebut. Pasalnya, menurut Moko, tanpa tali masker, risiko bagian dalam terpapar atau kontak dengan permukaan lain pun tetap ada.

Justru, penggunaan tali masker malah meminimalisir penularan tersebut. Moko menegaskan tak hanya sebatas fashion saja.

“Penggunaan strap juga lebih efektif ketika kita berada di situasi, kita lagi makan. Masker akan selalu di dada kita, sehingga kita tidak meletakkan masker ke meja yang kita pun tidak tahu apakah meja tersebut sudah disemprot disinfektan atau belum sebelumnya,” beber Moko saat dihubungi detikcom Rabu (24/2/2021).

Pria asal 30 tahun ini mengaku bisa menjual 150 tali masker dalam sehari. Meski ada anjuran tersebut, ia menyebut penjualan masih tetap stabil setiap harinya, malah terus meningkat karena banjir peminat.

“Sehari kalo untuk strap saja itu rata-rata di 150-an. Karena saya pribadi alhamdulillah ada relasi di perkantoran area Jogja, jadi sekali order bisa 1 kantor pada ikutan order gitu,” sebutnya.

Tali masker yang dijual Moko hanya bermotif polos, tidak seperti tali masker manik-manik atau yang lainnya. Ia mengaku, ingin menjangkau pasar lebih luas dengan memilih menjual tali masker polos.

Berbeda dengan Moko, saat diwawancara terpisah, Nicko asal Jakarta menyebut tren penjualan tali masker mulai menurun. Tak seperti di awal September 2020 yang bisa menjual puluhan tali masker per harinya.

“Sejauh ini agak menurun sih memang, iya walaupun ga terlalu signifikan sih, karena menurutku competitor juga udah banyak banget banget. Di samping itu, aku juga punya kerjaan lain kan, jadi kesibukannya tuh kebagi-bagi,” curhat Nicko.

Menurutnya penurunan penjualan tali masker juga dikarenakan sudah banyak kompetitor lain yang menjual dengan banyak variasi motif. Sejauh ini, Nicko menyebut peminat tali masker tak hanya dari kalangan wanita saja, tetapi pria juga banyak yang memesan.

“Hampir semua varian banyak diminati sih. Ya paling ada lah 1-2 varian yg jadi best sellernya polos. Untuk cewek atau cowok sama aja kok, hampir balance kayanya sih (peminatnya),” sebut Nicko.

Meski ada penurunan penjualan dan anjuran soal tak disarankannya penggunaan tali masker, Nicko menyebut tak akan berhenti berjualan karena yakin tali masker akan terus dicari.

“Lanjut dong,” kata Nicko optimis.

“Tali masker itu berguna untuk keseharian. Karena menurutku menyimpan masker di kantong, di atas mena, atas tisu dan lain lain akan lebih berisiko ketimbang di baju,” pungkasnya.

Terima kasih telah membaca artikel

Curhat Pedagang Usai Satgas COVID-19 Soroti Bahaya Tali Masker