
Curhat Nakes Singapura yang Diamuk Corona: Lama Nggak Lihat Matahari

Jakarta –
Singapura tengah belajar untuk hidup bersama COVID-19. Fokus kebijakan lebih condong untuk mencegah kasus sakit parah dan kematian akibat infeksi virus Corona.
Singapura mulai membuka jalur perjalanan dengan syarat vaksinasi. Selain itu, protokol perawatan kesehatan untuk orang yang terinfeksi juga telah disederhanakan.
Namun, bagi tenaga kesehatan (nakes), ini masih jauh dari akhir pandemi COVID-19. Mereka masih berjuang merawat pasien Corona yang terus berdatangan seiring bertambahnya kasus di Singapura.
“Saya sudah lama tidak melihat siang hari,” kata seorang dokter junior yang tidak disebutkan namanya, yang bekerja di sebuah rumah sakit umum di Singapura, dikutip dari Channel News Asia.
“Sistem perawatan kesehatan terbebani secara maksimal sekarang dan ini akan terus berlanjut,” ujarnya menambahkan bahwa rumah sakit makin penuh dengan pasien Corona sejak minggu lalu.
Hingga saat ini penambahan kasus COVID-19 di Singapura masih tinggi. Tercatat bisa ada 2.000 sampai 4.000 kasus COVID-19 yang dilaporkan setiap harinya selama dua minggu terakhir.
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan Singapura pada 26 September sampai 2 Oktober 2021, tingkat keterisian tempat tidur (BOR) di beberapa rumah sakit mencapai 75-95 persen.
“Ini memberikan tekanan pada sumber daya kami karena meskipun Anda dapat membuka lebih banyak tempat tidur untuk menampung lebih banyak pasien, Anda juga membutuhkan lebih banyak perawat dan dokter untuk merawat mereka,” kata nakes lainnya di Changi General Hospital.
“Bagi seorang perawat untuk menangani satu pasien di ICU tidaklah mudah. Jadi kadang ada dua perawat untuk satu pasien dan mereka saling membantu,” jelasnya.
Curhat Nakes Singapura yang Diamuk Corona: Lama Nggak Lihat Matahari
