Cuma 100 Orang per Tahun, RI Kekurangan Pendonor Mata

Jakarta –
Penglihatan adalah anugerah yang indah dari Tuhan untuk manusia. Tak semua orang mendapatkan berkat penglihatan normal, sehingga tidak bisa menatap cantiknya dunia. Berangkat dari kepedulian terhadap orang-orang yang mengalami masalah penglihatan, lembaga nonprofit Lion Eye Bank Jakarta (LEBJ) berdiri dua tahun silam. LEBJ berperan menjembatani antara pendonor kornea mata dengan penerima donor.
Ketua Pengawas LEBJ dr. Johan Arif Hutauruk SpM (K) menyampaikan kerusakan kornea merupakan penyebab kebutaan terbesar nomor empat di Indonesia. Ia menyebutkan ada sekitar 275 ribu orang buta akibat kornea rusak karena infeksi atau kecelakaan. Masalahnya, kerusakan kornea tidak dapat disembuhkan dan sulit untuk mencari pendonornya.
“kalau orang matanya katarak hari ini datang minta dioperasi, bisa langsung melihat lagi. Tapi kalau orang yang buta karena kornea rusak, dia mau cangkok kornea, tidak ada korneanya. Jadi kita (LEBJ) hadir untuk membantu,” kata dr.Johan saat dihubungi detikcom, Rabu (11/11/2020).
Namun, disampaikan dr.Johan, masih sedikit orang di Indonesia yang tergerak untuk mendonorkan kornea mata. Berbanding terbalik dengan Amerika Serikat yang tahun lalu memiliki 85.601 pendonor kornea, Indonesia hanya mendapatkan 100 donor kornea mata di 2019.
Menurut dr. Johan, minimnya jumlah transplantasi kornea terjadi karena sedikit sekali orang yang mengetahui adanya lembaga bank mata di Indonesia. Selain itu, pemahaman tentang donor kornea di masyarakat Indonesia tergolong rendah.
“Orang nggak tahu bahwa saat dia meninggal korneanya bisa diberikan ke bank mata untuk menolong orang. Kalau bank darah kan orang sudah tahu. Kalau ini bank mata nggak ada yang tahu,” ulas Johan.
Selain itu, lanjut Johan, banyak orang yang takut mendonorkan kornea matanya karena khawatir jika matanya tidak lengkap, maka akan mengalami kebutaan di surga nanti. Ada pula pemahaman keliru ihwal orang yang mendonorkan kornea mata akan diambil keseluruhan bola matanya.
Kepala LEBJ dr. Sharita R. Siregar SpM (K) menimpali, kornea mata hanyalah bagian terluar di bola mata yang bentuknya lebih kurang sama dengan lensa kontak. Ukurannya sangat tipis dan berwarna bening.
“Kornea itu benar-benar kayak lensa kontak, tipis, dan dia itu paling depan. Jadi yang diambil bukan satu bola mata, tapi cuma sebagian kecil aja dari bola mata,” jelas dr. Sharita.
Mengenai persyaratan untuk menjadi pendonor, dr. Sharita mengatakan calon pendonor hanya perlu mendaftar ke LEBJ. Setelah itu, mereka akan diberikan stiker hologram yang ditempelkan di kartu identitas sebagai penanda orang tersebut telah terdaftar sebagai pendonor. Saat dia meninggal, keluarga atau kerabat dapat menghubungi hotline yang ada di hologram tersebut, untuk dilakukan proses transplantasi kornea mata.
Selain itu, kata dr. Sharita, pendonor harus memberitahukan kepada keluarga ihwal kesediaannya menjadi pendonor kornea mata. Sehingga saat yang bersangkutan meninggal dunia, tidak ada penolakan dari keluarga saat dilakukan transplantasi kornea.
Ia menambahkan, setiap kornea yang didonorkan terlebih dahulu diperiksa laboratorium untuk memastikan kualitas dan kelayakannya. Setiap kornea yang akan dicangkokkan ke orang lain harus bebas dari infeksi seperti HIV yang dapat ditularkan ke orang yang didonorkan.
Dalam hal operasional, LEBJ mendapatkan bantuan dari berbagai pihak. Salah satunya dari Sido Muncul yang memberikan bantuan kepada LEBJ di hari ulang tahun ke-69.
“Bantuan Sido Muncul sangat bermanfaat bagi kami. Kami ingin mengenang kerja sama ini dengan menulis nama Sido Muncul di ‘Donor Recognition Wall’ sehingga tidak akan kami lupakan jasa Sido Muncul ini. Tulisan itu juga akan dipampang di pintu masuk Lions Eye Bank Jakarta,” kata Johan.