Cuan Pelaku Bisnis Digital di Tengah Lonjakan Pengguna Internet

Jakarta, – Tantangan pandemi Covid-19 sepanjang 2020 telah memperjelas lansekap bisnis di era digital dan New Normal. Meskipun aktivitas masyarakat di luar rumah berkurang, tapi mereka semakin terbiasa berkegiatan secara online. Tak heran, aktivitas online kini memiliki porsi semakin besar.
Bagi para pelaku bisnis fakta tersebut dapat dijadikan acuan dalam menjalankan bisnis di masa depan. Porsi pasar online semakin besar harus digarap dengan maksimal.
Leontinus Edison, Vice Chairman dan Co-Founder Tokopedia, mengakui bahwa jumlah pengguna aktif bulanan dan jumlah seller di Tokopedia terus bertambah akibat pandemi yang memaksa masyarakat berinteraksi online, terutama soal belanja.
“Sebelum pandemi atau sekitar bulan Januari 2020, pengguna aktif bulanan di Tokopedia baru 90 juta orang namun sekarang naik hingga lebih dari 100 juta orang. Begitu pun penjual. Sekarang 9,9 juta penjual padahal sebelumnya baru 7,2 juta. Jadi peningkatan ini lumayan,” ujar Leon dalam Selular Digital Telco Outlook, Kamis (17/12/2020).
Dari kenaikan angka penjual saat ini, kata Leon, 86,5 persen diantaranya merupakan pedagang yang baru terjun ke marketplace. “Mereka adalah ibu rumah tangga, anak sekolah atau kuliahan, dan karyawan yang tadinya bermimpi menambah penghasilan dan membantu ekonomi keluarga. Akhirnya mereka gabung ke Tokopedia,” imbuhnya.
Leon juga menceritakan kisah inspiratif penjual dimana mengalami kenaikan permintaan dan omset selama pandemi ini. Sebagai contoh pengusaha makrame lokal di Bali yang mengalami peningkatan penjualan hingga 450 persen dibandingkan sebelum pandemi. Untuk memenuhi order itu, toko bernama Dewa Collection Bali itu bahkan sampai merekrut 30 pengrajin dan pengepul di Bali dan Nganjuk.
Sementara itu di ranah edukasi, awal pandemi membuat bisnis bidang pendidikan di Tanah Air terpuruk. Ada beberapa aspek yang menyebabkan sektor pendidikan terpuruk selama pandemi, mulai dari orang tua, murid, guru, hingga perangkatnya.
Bagi orang tua, pandemi Covid-19 membuat orang tua menyediakan ruang dan waktu khusus untuk membimbing anaknya belajar. Sebaliknya untuk guru, harus belajar ekstra dan tidak semua guru siap dengan fasilitas pembelajaran di rumah.
Saat ekosistem pendidikan menggunakan metode pembelajaran online, ada keinginan bahwa platform pendidikan berbasis teknologi bisa menjadi lebih dari sekadar solusi temporer. Melainkan solusi yang benar-benar bisa meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah, baik di masa ini maupun di masa yang akan datang.
“Dari positioning kelas pintar sendiri, pandemi Covid-19 mempercepat teknologi hadir dalam dunia pendidikan. Kita tidak pernah menggunakan terminologi pembelajaran jarak jauh seperti yang diusung pemain lainnya. Tapi solusi yang kita bawa adalah pendidikan yang berbasis teknologi,” tutur Fernando Uffie, CEO & Founder Kelas Pintar.
Ia melanjutkan, “Saat kita berbicara mengenai pendidikan berbasis teknologi, menariknya adalah teknologi berhubungan dengan telco dimulai dari generasi 2G, 3G, sampai 4G, dan nanti ke depan 5G. Platformnya sendiri sudah dibangun, dan seiring waktu pada awal tahun 2016 technology education itu mulai ada.”
Menggunakan platform Kelas Pintar, para guru di sekolah bisa menjalankan perannya dan melakukan kegiatan belajar mengajar seperti biasa. Sementara bagi para siswa, selain menggunakan platform Kelas Pintar di jam sekolah, mereka juga bisa menggunakan platform yang sama untuk belajar di luar jam sekolah. Dan ini jadi lebih efisien, baik dari sisi biaya maupun sistem.
Uffie, sapaan akrabnya, menjelaskan bahwa dalam jangka waktu panjang, teknologi pendidikan tidak hanya soal proses belajar-mengajar saja. Namun ada ekosistem yang saling berhubungan.
“Kita melihat, karena ini adalah suatu industri, bagaimana melihat hubungannya dengan fintech (financial technology), berhubungan dengan aktivitas-aktivitas gurunya, atau aktivitas-aktivitas sekolah. Yang tidak melulu berhubungan dengan pendidikan,” jelasnya.
Uffie juga menceritakan pencapaian Kelas Pintar untuk meningkatkan penggunaan teknologi pendidikan selama pandemi ini. Di awal tahun ajaran 2020, semula Ia mencatat hanya ada 20 persen siswa di daerah percontohan di Jawa Barat yang mampu memanfaatkan teknologi untuk pembelajaran, mulai dari akses konten, learn and practice, hingga tes. Namun seiring waktu melakukan kolaborasi dengan berbagai pihak, kini tingkat penggunaan teknologi pendidikan semakin melesat pada bulan Agustus dan September.
“Urutan dalam teknologi bergerak dalam suatu eksponensial yang positif. Lonjakan yang terjadi sangat signifikan. (Adopsi teknologi pendidikan) Mulai dari 20 persen, masuk ke 30 persen, sampai ke 40 persen. Dan thank God sampai hari ini, penggunaan teknologi capai 60-65 persen,” ungkap pria yang juga menjabat sebagai Country Manager di Extramarks Indonesia.
Peningkatan ini dipengaruhi oleh kesiapan infrastruktur dan kesiapan pemahaman teknologi itu sendiri (baik pada siswa, guru, hingga orang tua).
Selain dunia e-commerce dan pendidikan, pandemi virus Covid-19 juga mempengaruhi hampir seluruh kegiatan pariwisata dunia. Kendati demikian, pandemi membawa peluang untuk merubah industri pariwisata.
Reza Amirul Juniarshah, Head of Corporate Communication Traveloka, menuturkan bahwa pelaku industri pariwisata perlu memahami perubahan prioritas pengguna di masa pandemi.
Traveloka telah berkoordinasi dengan pihak mitra untuk menyediakan layanan sesuai dengan protokol kesehatan berbasis clean, health, safety and environment (CHSE) untuk memberikan rasa aman bagi pelanggan ketika berwisata.
“Ada tiga prioritas yang dicari pengguna Traveloka, yaitu penerapan protokol kesehatan, promosi harga, dan fleksibilitas pemesanan,” ungkap Reza.
Perubahan prioritas tersebut mendorong inovasi produk dan layanan di Traveloka. Tiga hal ini pun menjadi andalan mereka untuk mendongkrak performa dari Epic Sale 2020. Epic Sale tahun ini dimanfaatkan oleh startup unicorn itu untuk kembali menggairahkan industry pariwisata.
Dengan serangkaian program dan kerja sama pemulihan pariwisata nasional, Traveloka berhasil menggerakan wisantara nusantara sebanyak 105.809 atau 130 persen dari target yang ditetapkan.
“Dari data internal, pergerakan wisatawan dengan program staycation dan road trip ini sudah ada 105 ribu atau target sudah melebihi ekspektasi,” kata Reza.