COVID-19 Semakin Runyam, India Dikhawatirkan Jadi ‘Neraka’ 2 Pekan ke Depan

Jakarta –
Akibat ledakan kasus COVID-19, warga India kini mulai kehabisan kasur di rumah sakit, obat-obatan, hingga tabung oksigen. Melihat penanganan pemerintah tak kunjung berimbas baik, dokter-dokter khawatir kondisi akan semakin memburuk sampai 2 minggu ke depan.
“Situasinya kritis sekarang. Pandemi ini adalah yang terburuk yang pernah kami lihat sampai sekarang. Dua minggu ke depan akan menjadi neraka bagi kami,” ujar dr Shaarang Sachdev dari Rumah Sakit Khusus Perawatan Aakash, dikutip dari Sky News, Selasa (27/4/2021).
Unit gawat darurat (UGD) yang biasanya menampung hanya 3 pasien, kini dipaksa menampung 7-8 orang. Pasalnya, rumah sakit tidak lagi mampu menyediakan kamar, bahkan untuk pasien-pasien COVID-19 yang sudah memerlukan penanganan ICU.
Kondisi semakin runyam lantaran harga tabung oksigen dan obat remdesivir meroket. Direktur pelaksana rumah sakit, dr Aashish Chaudhry menyebut, kini harga tabung oksigen semahal harga emas. Mau tak mau, masyarakat yang membutuhkan tabung oksigen harus memgakses pasar ilegal (black market).
“Sekarang ada pemasaran gelap. Oksigen yang biasa seharga 20-22 rupee, kini mencapai 50 rupee per kilogram. Suntikan remdesivir yang normalnya 4000 atau 2000 rupee, kini orang-orang beli dengan harga 40.000 rupee. Ini seharusnya tidak terjadi,” ujar dr Aaashish.
Dokter penanggung jawab di ICU, dr Piush Girdar menyebut, kini dalam 1 hari ia bisa menerima 50 telepon dari masyarakat yang menanyakan ketersediaan obat.
Sayangnya, rumah sakitnya tidak lagi memliki obat, untuk pasien yang sekarat sekali pun.
“Saya belum pernah melihat kematian sebanyak ini di ICU kami,” ujarnya.