Corona di Mana-mana, Amankah Beli Pakaian Bekas di Awul-awul?

Yogyakarta –
Tren penjualan dan pembelian pakaian bekas atau thrifting atau awul-awul di era pandemi COVID-19 ini kian meningkat. Lantas karena berstatus bekas apakah dapat menjadi media penularan COVID-19, dan bagaimana cara pengendaliannya?
Kepala Dinas Kesehatan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Pembajun Setyaningastutie tidak menampik maraknya jual beli pakaian bekas yang terjadi saat ini. Terkait pakaian bekas menjadi media penularan, Pembajun menyebut bisa.
“Sebenarnya kan bukan masalah pakaiannya tapi kan kalau media, jadi media penularannya itu tidak hanya baju tapi juga mungkin tidak higienis atau tidak dengan pengelolaan yang baik ya bisa menjadi media mas,” ucapnya saat dihubungi detikcom, Rabu (16/6/2021).
Terlebih, pembeli tidak akan pernah tahu pakaian bekas yang dibeli usai dikenakan pasien COVID-19 atau masyarakat umum. Untuk itu perlunya pengelolaan khususnya untuk memastikan kehigienisan baju bekas.
“Kan seperti saya bilang, sekarang kalau baju bekas itu sebelum dijual, atau didonasikan atau diberikan kepada penjual itu tidak dibersihkan dulu, disinfektan kan tidak tahu siapa yang memakai apakah dia OTG atau bukan apakah dia penderita atau bukan,” ujarnya.
“Jadi kuncinya itu bagaimana pengelolaan hygine dari higienis dari media itu. Jadi tidak hanya bajunya, tapi lapaknya juga tidak pernah dikelola dengan baik, bajunya bersih tapi lapaknya jelek tidak sehat dan bersih kan sama saja,” lanjut Pembajun.
Oleh sebab itu, dia tidak mempermasalahkan masyarakat yang gemar membeli pakaian bekas di tengah pandemi COVID-19. Namun, dia mengingatkan pentingnya mencuci baju hingga bersih usai membeli baju bekas.
“Iya (tidak masalah membeli pakaian bekas), karena kalau beli baju bekas kan tidak mungkin juga kita pakai langsung, pasti kan dicuci bersih dulu pakai sabun dan diseterika. Yang jelas cuci dengan detergen, itu kan bisa menghilangkan dan melarutkan (noda), gitu,” ucapnya.
Menyoal adanya sosialisasi kepada penjual pakaian bekas untuk memastikan dagangannya bersih dan higienis, Pembajun mengaku belum ada. Mengingat sebagian besar masyarakat sudah mengetahui cara mencuci pakaian yang bersih hingga dirasa layak untuk dipakai.
“Ya kalau secara khusus tentang pakaian bekas tidak, tapi kita bicara tentang bagaimana pengelolaannya. Yang penting bagaiamana kita berperilaku bersih dan sehat, karena kan semua itu untuk diri kita sendiri,” katanya.