Corona di Indonesia Melonjak, Waktunya PSBB Ketat Lagi? Ini Kata Pakar

Jakarta

Corona di Indonesia meningkat drastis dalam sepekan belakangan. Pakar epidemiolog Universitas Grifith Australia Dicky Budiman mendesak penerapan PSBB dengan cakupan wilayah yang lebih luas, tidak sebatas pulau Jawa dan Bali.

Ia menyebut, perlu satu bulan ‘tarik rem darurat’ demi menekan kasus Corona yang dinilainya semakin tak terkendali. Bahkan, kata Dicky, kondisi COVID-19 saat ini bukan yang terburuk, masih ada potensi kasus Corona melonjak lebih tinggi di beberapa waktu mendatang.

“Sebetulnya sudah saatnya untuk menerapkan PSBB, tapi masalahnya tidak bisa sporadis tidak bisa parsial harus Jawa Bali, permasalahannya ini sekarang sudah besar, perlu wilayah yang lebih luas, perlu waktu yang setidaknya satu bulan,” beber dr Dicky saat dihubungi detikcom Sabtu (12/6/2021).

“Pertanyaannya adalah kesanggupan dari pemerintah dalam program untuk masyarakat yang rawan karena dampaknya bisa jauh lebih besar. Nah ini yang tahu adalah pemerintah kondisi keuangan segala macam,” sambungnya.

Alternatif jika lockdown tak diterapkan

Catatan kasus COVID-19 yang kembali melonjak menurut Dicky jangan dijadikan suatu ‘aib’. Hal ini dikarenakan kasus Corona yang terjadi di lapangan jauh dari catatan yang selama ini dilaporkan. Lantas bagaimana jika tak bisa menerapkan PSBB atau lockdown?

“Artinya jika penerapan itu tidak dilakukan, PSBB atau lockdown itu, ya deteksi dini ke rumah-rumah harus dilakukan dengan testing tracing,” kata dia.

“Dirubah lah paradigma bahwa kasus banyak itu ya memang sudah banyak di masyarakat. Jangan menjadi semacam aib karena akhirnya mengundang masalah yang jauh lebih besar,” bebernya.

Warning kasus Corona di luar DKI Jakarta

Alih-alih mengkhawatirkan peningkatan kasus Corona DKI Jakarta mencapai lebih dari 300 persen, Dicky malah memperingatkan wilayah yang belum mampu mendeteksi kasus Corona dengan baik. Terlebih di tengah penerapan strategi dengan tolak ukur data tidak akurat.

“Nah apa yang terjadi di DKI bukan berarti di daerah lain tidak ada, ingat lho, DKI adalah testing dan tracingnya terbaik, nah saya tidak terlalu khawatir dengan DKI, yang saya kuatir itu di luar 3 provinsi ya yaitu di luar DKI Jogja dan Sumatera Barat,” tukasnya.

“Karena cakupan testing mereka, pemahaman situasinya sangat minim sekali, sehingga potensi ledakan kematiannya luar biasa besar dan ini yang harus dipahami oleh para kepala daerah dan di tengah ancaman varian baru ini apalagi dengan strateginya tidak bermodal data yang benar alamat meledak tak terkendali,” pungkasnya.


Terima kasih telah membaca artikel

Corona di Indonesia Melonjak, Waktunya PSBB Ketat Lagi? Ini Kata Pakar