China Sebut Ada Manipulasi dalam Investigasi WHO Soal Asal-usul COVID-19

Jakarta –
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Rabu (13/10/2021), mengumumkan 25 nama ahli internasional yang akan melakukan investigasi asal-usul COVID-19 di China. Usaha investigasi semacam ini sebetulnya sudah pernah dilakukan, namun saat itu hasil investigasi banyak dikritik karena WHO dianggap terlalu ‘gampang’ pada China.
Dalam investigasi awal di bulan Februari lalu, China disebut tidak mau memberikan data penting yang dibutuhkan tim. Karena itu Amerika Serikat (AS) dan beberapa negara mendesak agar dilakukan investigasi ulang.
Kementerian Luar Negeri China menyebut investigasi kali ini sudah memiliki manipulasi politik. Namun, China mengaku tetap akan mendukung upaya internasional untuk mencari tahu sumber asal COVID-19.
“China akan terus mendukung penelusuran ilmiah global dan dengan tegas menentang segala bentuk manipulasi politik,” ungkap juru bicara kementerian, Zhao Lijian, seperti dikutip dari CNA, Jumat (15/10/2021).
“Kami berharap semua pihak terkait, termasuk sekretariat WHO dan kelompok penasihat, secara efektif menjunjung tinggi sikap ilmiah yang objektif dan bertanggung jawab,” lanjutnya.
Tim investigasi sebelumnya tidak berhasil menemukan jawaban yang konklusif. Hanya disebut kecil kemungkinan virus berasal dari kebocoran laboratorium, sebuah teori yang pada akhirnya diakui oleh Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus terlalu prematur untuk dikesampingkan.