China Masih Dihajar COVID-19, Diprediksi Bakal Ada 11 Juta Kasus Per Minggu

Jakarta –
China belum selesai dihantam gelombang COVID-19. Kini muncul prediksi, pada puncak yang terjadi Juni ini, akan terdapat 11 juta kasus baru COVID-19 di China. Bakal separah apa kondisinya?
Prediksi tersebut diungkapkan oleh perusahaan data kesehatan Airfinity yang berbasis di Inggris. Menurutnya, gelombang COVID-19 yang dipicu oleh subvarian Omicron XBB kali ini akan lebih kecil efeknya dibandingkan gelombang-gelombang sebelumnya.
“Pemodelan kami memperkirakan gelombang akan memuncak pada awal Juni sekitar 11 juta per minggu, dengan 112 juta orang terinfeksi selama kebangkitan ini,” kata Airfinity, dikutip dari South China Morning Post (SCMP), Kamis (8/6/2023).
Sebelumnya, ahli pernapasan di China, Zhong Nanshan, sempat memprediksi kasus baru COVID-19 di China akan mencapai 65 juta per minggu pada akhir Juni 2023. Namun, saat itu Zhong tidak menjelaskan apakah jumlah kasus tersebut termasuk kasus tanpa gejala. Berbeda dengan prediksi Airfinity, model prediksinya hanya mencakup kasus bergejala.
Gegara Imunitas Warga Sudah Menurun
Di samping itu, para peneliti telah memperingatkan bahwa gelombang COVID-19 di China kali ini berisiko memunculkan varian baru virus Corona.
“Sayangnya, kenyataan baru dengan virus ini (adalah) kita akan mengalami infeksi berulang kali,” kata Ali Mokdad, seorang ahli epidemiologi di Institute for Health Metrics and Evaluation di University of Washington di Seattle, dikutip dari Wion, Jumat (9/6).
“Yang dikhawatirkan virus ini akan menghasilkan varian baru yang bisa bersaing dengan yang ada sekarang dan lebih parah,” tambahnya.
Para peneliti menyoroti, peningkatan kasus saat ini paling banyak dipicu oleh subvarian Omicron XBB1.5, yang diketahui sebagai varian yang sangat menular. Varian ini pertama kali diidentifikasi di India pada Agustus 2022 lalu.
Sejumlah pihak menyebut, lonjakan COVID-19 di China kali ini juga dipengaruhi oleh tingkat kekebalan yang berkurang seiring waktu, meski sebagian masyarakat sudah menerima vaksin COVID-19. Terlebih, varian XBB disebut-sebut dapat lolos dari imunitas yang terbentuk oleh vaksin COVID-19 maupun infeksi Corona alamiah.
Hingga kini, tidak ada data resmi dari China perihal jumlah kasus dan situasi gelombang COVID-19 di China. Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC China) berhenti merilis data mingguan berisi jumlah hasil tes positif dan kunjungan klinik pasien demam pada awal Mei.
NEXT: Jumlah Kasus Kematian Bakal Melonjak?