CDC Perbarui Pedoman Kontak Dekat COVID-19, Begini Kriterianya

Jakarta –
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) memperbarui pedomannya terkait kontak dekat dengan pasien positif COVID-19. Ini dilakukan untuk menambah pengetahuan terkait risiko penularan virus Corona.
Pedoman ini diperbarui menyusul adanya laporan kasus satu petugas penjara yang positif COVID-19, pasca melakukan 22 interaksi dengan narapidana yang juga terinfeksi. Interaksi itu berjalan selama delapan jam, atau sekitar 17 menit per kontaknya.
Sebelumnya, kriteria kontak dekat atau kontak erat yang berlaku adalah berada pada jarak 6 kaki atau 1,8 meter dalam waktu 15 menit atau lebih, dari orang yang positif COVID-19. Kriteria ini juga kerap digunakan di banyak negara, termasuk Kementerian Kesehatan RI.
“Kasus ini menambah pengetahuan ilmiah terkait risiko kontak dekat dengan orang yang terinfeksi COVID-19, dan menyorot lagi pentingnya menggunakan masker untuk mencegah penularan,” kata CDC yang dikutip dari New York Post, Kamis (22/10/2020).
Namun, menentukan kontak dekat atau kontak erat ini tidak mudah dilakukan. Ada beberapa faktor yang menjadi pertimbangan dalam menentukannya yang dikutip dari laman resmi CDC sebagai berikut:
1. Faktor kedekatan
Di dalam pedoman terbaru CDC, jarak yang lebih dekat kemungkinan bisa membuat risiko paparan virus dari orang yang terinfeksi semakin meningkat.
2. Durasi paparan
Berdasarkan pedoman terbaru, durasi kontak dekat didefinisikan selama waktu kumulatif 15 menit atau lebih dalam durasi 24 jam.
Pada pasien bergejala, dimulai dari 2 hari sebelum muncul gejala hingga pasien diisolasi. Sedangkan pada pasien asimtomatik atau tak bergejala, waktunya dihitung dari 2 hari sebelum spesimen diperiksa.
3. Munculnya gejala
Paparan virus semakin mungkin terjadi saat gejala khas COVID-19 sudah mulai muncul. Viral shading paling tinggi diyakini beberapa hari sebelum muncul gejala.
4. Risiko persebaran droplet
Kontak dekat ini juga berhubungan dengan risiko persebaran droplet dari orang yang terinfeksi. Aktivitas seperti bernyanyi, berteriak, dan batuk bisa membentuk aerosol yang meningkatkan risiko penularan COVID-19.
5. Faktor lingkungan
Kontak dekat dengan pasien positif COVID-19 juga dipengaruhi dari faktor lingkungan. Misalnya seperti berkerumun, kondisi ventilasi ruangan yang memadai, dan apakah paparan itu terjadi di luar atau dalam ruangan.
6. Penggunaan alat pelindung diri
Karena kebanyakan orang tidak mendapatkan pelatihan atau jenis alat pelindung diri (APD) yang baik, penentuan kontak dekat tidak memperhitungkan penggunaan APD. Pembedaan saat menentukan kontak dekat pada orang yang menggunakan masker kain untuk saat ini tidak disarankan.