Cara Kerja Layanan Direct-to-Call Starlink yang Buat Kiamat Industri Telekomunikasi

JAKARTA, – Sejumlah pihak menyebut layanan direct-to-call milik Starlink bisa mematikan industri telekomunikasi dan penyedia layanan internet di Indonesia.

Pasalnya, Starlink, perusahaan milik Elon Musk, telah memulai layanan direct-to-cell.

Dalam peluncuran terbarunya, SpaceX mengorbitkan sebanyak 21 satelit, dan enam di antaranya untuk mengakomodasi jaringan seluler operator AS, T-Mobile, serta operator negara lainnya.

Keenam satelit ini menjadi satelit pertama yang mendukung teknologi “Direct to Cell.”

TONTON JUGA:

[embedded content]

Lalu bagaimana cara kerja direct-to-call yang Starlink terapkan ini?

Baca juga: Starlink Lakukan B2C di Indonesia, Ini Komentar dari Telkom

Akses Internet Tanpa Batas

Melansir dari berbagai sumber, teknologi “Direct to Cell” memungkinkan satelit Starlink terhubung langsung ke telepon seluler di Bumi.

Dengan begitu, pelanggan bisa berkirim pesan teks, menelepon, atau berselancar di internet di mana pun mereka berada, baik di darat maupun pesisir pantai, tanpa perlu mengubah komponen atau firmware pendukung.

Meskipun kecepatannya tidak bisa menyaingi jaringan seluler terestrial yang ada, teknologi ini tetap menjadi alternatif yang menarik, terutama untuk lokasi tanpa sinyal.

Baca juga: Kominfo Sebut Starlink Sudah Miliki NOC di Dua Tempat

Modem Canggih dan BTS di Luar Angkasa

Satelit Starlink sudah menggunakan modem canggih yang berperan sebagai Base Transceiver Station (BTS) di luar angkasa.

Mekanisme integrasi jaringannya serupa dengan BTS di darat.

Secara teknis, satelit ini akan bisa terhubung dengan ponsel yang mendukung jaringan LTE.

Berbeda dengan satelit sebelumnya yang memerlukan perangkat khusus untuk memakai jaringan satelit, Starlink memudahkan pengguna dengan teknologi ini.

Tahap Awal dan Perkembangan Masa Depan

Pada tahap awal, satelit ini hanya akan mengakomodasi pengiriman pesan teks.

Layanan telepon atau panggilan suara dan internet baru akan dimulai sekitar tahun 2025.

Fasilitas ini juga akan mendukung perangkat Internet of Things (IoT) pada tahun yang sama.

Beberapa operator dari negara lain juga sudah mendaftar ke Starlink untuk memakai satelit direct to cell ini, termasuk operator Rogers di Kanada, KDDI Jepang, Optus Australia, One NZ dari Selandia Baru, hingga Salt Swiss dan Entel di Chili dan Peru.

Jadi, meskipun masih terbatas, layanan direct-to-cell dari Starlink menawarkan potensi akses internet yang lebih luas dan fleksibel.

SIMAK JUGA:

Terima kasih telah membaca artikel

Cara Kerja Layanan Direct-to-Call Starlink yang Buat Kiamat Industri Telekomunikasi