Calon Pengantin Tewas Usai Implan Payudara gegara Insecure Berdada Kecil

Jakarta –
Niat tampil memukau saat pernikahan hingga memutuskan operasi implan payudara, calon pengantin wanita di Italia bernama Alessia Neboso ini berakhir meninggal dunia. Paling sedihnya lagi, ia meninggal sebelum pernikahannya dilaksanakan.
Adapun wanita berusia 21 tahun itu memutuskan menjalani operasi payudara lantaran ingin memamerkan belahan dadanya saat menggunakan gaun pernikahan. Sebab, menurut temannya yang tak mau disebutkan namanya, Alessia merasa insecure dengan ukuran payudaranya.
“Alessia selalu punya masalah dengan payudaranya yang kecil, meski sebenarnya tidak terlalu kecil, menurutku, payudaranya hampir sempurna. Tetapi dia tidak mau mendengarkan nasihat dan memutuskan untuk melakukannya; dia tidak peduli apa yang orang lain katakan,” katanya temannya dikutip dari Daily Mail.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Alessia juga disebutnya tak mau mendengarkan calon suaminya yang tak mendukung tindakan operasi tersebut. Meski banyak yang tak mendukungnya, Alessia tetap memutuskan pergi ke klinik khusus bedah plastik.
Ia pertama kali pergi klinik tersebut untuk tes rutin sebelum kembali lagi pada tanggal 11 September untuk operasi, dan dipulangkan pada hari yang sama. Dirinya juga disebut dalam kondisi baik-baik saja sampai pada tanggal 18 September.
Akan tetapi, keesokan paginya, Alessia mulai merasa tak enak badan. Dia mengalami demam tinggi, kelelahan, batuk, lemas, dan masalah pencernaan. Setelah kondisinya memburuk, keluarganya membawanya ke ruang gawat darurat (UGD) di Klinik Villa dei Fiori di Acerra dekat Naples, Italia.
“Kemudian progresifnya memburuk hingga tanggal 20, ketika dia tiba di klinik dalam kondisi kritis dan dalam ‘kode merah,” kata dr Feliciano, salah satu dokter yang menanganinya.
Kondisinya sudah sangat kritis dan serius, bahkan organ ginjalnya sudah tak lagi berfungsi. Meskipun petugas medis berusaha untuk menolongnya, nasib berkata lain, Alessia meninggal karena serangan jantung beberapa jam kemudian.
“Jumlah sel darah putihnya mencapai 17.000, dan dia mulai kesulitan bernapas,” kata dr Feliciano.
“Kami melakukan semua kemungkinan tes padanya. Kami ingin memahami di mana sepsis itu terlokalisasi. Kami melakukan USG dan CT scan pada perut, CT scan lagi pada dada, dan dari situ kami memahami bahwa masalahnya berasal dari paru-paru,” imbuhnya.