
ByteDance Pilih Jual TikTok Ke Pesaingnya Roposo

Jakarta, – Induk usaha TikTok, ByteDance dilaporkan memasuki pembicaraan tahap awal mengenai penjualan operasi TikTok di India setelah layanan video bentuk pendek dimasukkan dalam larangan luas pada berbagai aplikasi milik China yang diterapkan selama 2020.
Bloomberg melaporkan bahwa perusahaan China itu sedang mendiskusikan kemungkinan kesepakatan dengan Glance, penyedia konten selular yang berbasis di India. Glance adalah pengembang layanan video yang selama ini menjadi pesaing TikTok, Roposo.
Bloomberg menambahkan bahwa pembicaraan diprakarsai oleh SoftBank Group, yang memiliki saham di ByteDance dan induk Glance, InMobi. Didirikan oleh alumnus Harvard Business School Naveen Tewari, InMobi merupakan unicorn pertama di India, bernilai lebih dari $ 1 miliar. Status unicorn itu baru saja diperoleh pada Desember 2020, setelah dimulainya saga larangan TikTok, serta pendanaan dari Google dan Mithril Capital milik miliarder Peter Thiel.
Meski InMobi menjadi perusahaan terdepan dalam mendapatkan tanda tangan dari ByteDance, namun sejauh ini otoritas India kemungkinan akan bersikeras agar data pengguna disimpan di negara itu sebelum menyetujui kesepakatan apa pun. Sementara aturan dari pemerintah China tentang pembatasan ekspor teknologi diperkirakan akan memperumit negosiasi lebih jauh.
Di sisi lain, perusahaan analisis aplikasi Appfigures memperkirakan Roposo diunduh hampir 34 juta kali di India selama 2020, dengan lebih dari 500.000 tercatat setelah TikTok dilarang secara permanen pada Januari. Bloomberg melaporkan total basis pengguna Roposo di India sekarang melebihi 130 juta.
Pembatasan terhadap TikTok di India dimulai pada pertengahan tahun lalu ketika pemerintah India mengeluarkan larangan awal, dengan alasan ancaman terhadap kedaulatan dan keamanannya. Pada saat itu TikTok memiliki 200 juta basis pengguna dan ratusan karyawan lokal.
Sebelum aksi pelarangan, India merupakan pasar terbesar bagi TikTok dengan 30,3 persen dari total unduhan. Aplikasi besutan Bytedance ini telah diunduh 611 juta kali di negara Asia Selatan tersebut. China menjadi negara kedua dengan total unduhan sebesar 9,7 persen dan Amerika Serikat sebanyak 8,2 persen.
Pada Januari 2020, dilaporkan bahwa TikTok memperoleh pendapatan Rs 23-25 crore pada Oktober-Desember seperempat di India saja. Secara kasar, 10 persen dari bagian pendapatannya berasal dari India.
Menurut perkiraan industri, pendapatan iklan TikTok di India tumbuh 50 persen dalam satu tahun. Tetapi perusahaan ini belum mengantongi pangsa signifikan dari pasar periklanan digital Rs 17.000 crore India.
Dengan hilangnya pasar India, para petinggi Bytedance tentu menjadi pening kepala. Apalagi selain TikTok, aplikasi Hello yang juga besutan Bytedance termasuk yang dilarang. Padahal seperti halnya TikTok, Hello juga sangat popular di negara itu dan sudah tersedia dalam beragam bahasa seperti Hindi, Telugu, Tamil, Malayalam, dan lainnya.
Sebuah laporan seperti dikutip dari laman Android Authority,mengklaim Bytedance kehilangan USD6 miliar atau sekitar Rp 87 triliun sebagai akibat langsung dari larangan India.
Dengan pelarangan terhadap TikTok, sebagian besar mantan karyawan tertarik pada para pesaing yang tumbuh di dalam negeri, yang tampaknya bermunculan dengan cepat di semua tempat dengan harapan mengisi kekosongan pasar.
ByteDance Pilih Jual TikTok Ke Pesaingnya Roposo
