Breaking! Jerman Pilih F-35 Lightning II untuk Gantikan Panavia Tornado

Meletusnya perang antara Rusia dan Ukraina telah membawa perubahan besar pada strategi pertahanan di Eropa, salah satunya adalah alokasi anggaran yang digenjot atas kekhawatiran invasi Rusia yang meluas. Dari negeri Bavaria, Kanselir Jerman Olaf Scholz telah menyiapkan kucuran 100 miliar euro untuk memordenisasi alutsista militer Jerman, Bundeswehr. Dan ada kabar terbaru, dimana Jerman memutuskan untuk mengakuisisi jet tempur stealth F-35 Lightning II.
Baca juga: F-35A Tuntaskan Sertifikasi Desain dalam Misi Pelepasan Bom Nuklir
Dikutip dari reuters.com (14/3/2022), diwartakan Berlin pada prinsipnya telah memutuskan untuk membeli jet tempur F-35 buatan Lockheed Martin, yakni untuk menggantikan armada Panavia Tornado yang usianya telah menua. Sebuah sumber dari petinggi pertahanan Jerman mengatakan kepada Reuters pada awal Februari bahwa Jerman cenderung membeli F-35 tetapi keputusan akhir belum diambil. Dan tidak dijelaskan berapa banyak F-35 yang mungkin akan dibeli Jerman.
Saat ini, Panavia Tornado adalah satu-satunya jet tempur Jerman yang mampu membawa bom nuklir milik Amerika Seriat yang disimpan di Jerman, dan suatu waktu akan digunakan jika terjadi konflik. Bom nuklir yang dimaksud adalah bom gravitasi nuklir B61. Sejauh ini, AU Jerman masih mengoperasikan 85 unit Tornado versi IDS (Interdictor/strike) dan 28 unit Tornado varian ECR (Electric Combat/Reconnaissance).
AU Jerman telah menerbangkan jet tersebut sejak tahun 1980-an, dan Berlin berencana untuk menghentikannya secara bertahap antara tahun 2025 dan 2030.
Pembelian F-35 akan menjadi pukulan bagi Boeing, dimana F/A-18 Super Hornet disukai oleh mantan menteri pertahanan Jerman Annegret Kramp-Karrenbauer untuk menggantikan Tornado. Merujuk ke berita pada Maret 2020, saat itu dilaporkan bahwa AU Jerman bakal membeli 90 unit Eurofighter Typhoon, 30 unit F/A-18E/F Super Hornet dan 15 unit EA-18G Growler. Yang disebut pertama tentu sudah bisa ‘dimaklumi,’ lantaran Jerman adalah bagian dari konsorsium di Eurofighter dan kini sudah mengoperasikan lebih dari seratusan unit jet tempur Typhoon.
Namun lain halnya dengan F/A-18E/F Super Hornet dan EA-18G Growler, lantaran sebelumnya tak ada pembahasan serius untuk mengakuisisi dua jet tempur keluaran Boeing tersebut. Justin Bronk, seorang peneliti dari Royal United Services Institute mempunyai tanggapan yang menarik, menurutnya F/A-18E/F Super Hornet sampai saat ini belum mendapat sertifikasi untuk membawa bom nuklir B61. Itu berarti bahwa Super Hornet harus melalui proses sertifikasi jika kelak diakuisisi untuk tujuan menggotong bom nuklir.
Sementara F-35A sudah menuntaskan sertifikasi desain peluncuran bom nuklir B61. F-35A yang digunakan untuk uji coba bom nuklir memerlukan dua modifikasi pada komponen perangkat keras utama, yaitu pada nuclear consent switch di kokpit, dan mission select switch di ruang senjata. Switch (saklar) harus berada dalam posisi tertentu agar pesawat dapat mengenali bahwa itu adalah tipe konfigurasi baru yang memang dikenali oleh sistem. Kemudian juga ada ‘tindakan’ pengamanan tambahan untuk meningkatkan keselamatan awak dan pesawat.
Baca juga: Ikuti Langkah Australia, Finlandia Putuskan Pembelian 64 Unit F-35A Lightning II
Dengan dipilihnya F-35 oleh Jerman, maka kian komplit pemasaran jet tempur single engine itu di negara-negara Eropa. Sebelumnya Belanda, Denmark, Norwegia, Italia dan Inggris sudah mengoperasikan F-35. Berlanjut Finlandia, Swiss dan Polandia yang sudah melakukan order pembelian. (Gilang Perdana)