Biang Kasus Sifilis pada Anak RI Ngegas, Cuma 25 Persen Bumil yang Rutin Periksa

Jakarta –
Penyakit menular seksual sifilis masih menjadi salah satu perhatian Kementerian Kesehatan RI. Kemenkes mencatat adanya kenaikan kasus penyakit sifilis atau raja singa di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir, termasuk kasus pada anak.
Dalam waktu 5 tahun terakhir, terjadi peningkatan kasus penyakit sifilis di Indonesia hingga hampir 70 persen.
“Dari 2018 sampai 2022 kemarin terjadi peningkatan kasus hampir 70 persen, dari 18 ribu kasus menjadi 21 ribu kasus saat ini,” kata juru bicara Kemenkes RI Mohammad Syahril dalam konferensi pers, Senin (8/5/2023).
Syahril mengatakan salah satu bentuk pencegahan penyakit sifilis adalah dengan tidak melakukan seks berisiko. Oleh karena itu, ia mengimbau masyarakat yang sudah menikah untuk tetap setia pada pasangannya.
“Mengimbau pasangan yang sudah menikah agar setia dengan pasangannya untuk menghindari seks yang berisiko,” ucap Syahril.
Selain seks yang berisiko, penularan sifilis dapat terjadi dari ibu ke anak yang dikandung. Tercatat hanya ada 25 persen dari 5 juta kehamilan yang melakukan tes atau skrining sifilis.
Tak hanya itu saja, dari keseluruhan ibu yang positif sifilis hanya 41 persen yang mendapatkan pengobatan. Stigma negatif yang menempel pada penyakit sifilis membuat banyak pasien malu untuk berobat.
“Nah setiap tahun ada penambahan rata-rata 17-20 ribu, ini perlu menjadi perhatian bagi kita, kewaspadaan, warning ini kepada seluruh masyarakat, begitu besarnya dampak sifilis dan HIV kepada anak-anak, apabila seorang ibu tidak mendapatkan perlakuan yang baik,” kata Syahril.
“Rendahnya pengobatan dikarenakan adanya stigma dan unsur malu. Setiap tahunnya, dari lima juta kehamilan, hanya sebanyak 25% ibu hamil yang di skrining sifilis. Dari 1,2 juta ibu hamil sebanyak 5.590 ibu hamil positif sifilis,” pungkasnya.