Berebut Pangsa Pasar yang Bakal “Ditinggalkan” Huawei

Jakarta, – Tanpa layanan Google dan dibatasinya pasokan chip utama oleh pemerintah AS, Huawei seolah tak lagi bertaji. Kinerja vendor yang berbasis di Shenzen itu langsung terpangkas. Padahal sebelumnya pertumbuhan pendapatan Huawei kerap menyentuh double digit.

Menurut laporan Asia Times, raksasa telekomunikasi China itu, hanya meraup pendapatan sebesar 671,3 miliar yuan (US$100,7 miliar) pada Januari-September 2020, naik hanya 9,9% tahun-ke-tahun. Angka itu anjlok tajam dibandingkan pertumbuhan 24,4% pada periode yang sama tahun lalu. Begitu pun dengan marjin laba turun menjadi 8,0% dari 8,7%.

Dengan pembatasan itu, mau tak mau Huawei berpaling ke pasar domestik. Mengutip Reuters pada Rabu (30/10), Huawei mampu meningkatkan pangsa pasar ponsel pintar ke rekor 42%.

Kesengsaraan yang menimpa Huawei di pasar global,  justru memberi kesempatan bagi pesaing terdekatnya, Samsung. Chaebol Korea itu bertekad untuk meningkatkan penjualan sekaligus mendorong kembali pertumbuhan market share.

Demi memperlebar jarak, Samsung diperkirakan bakal meluncurkan smartphone terbaru yang menjadi andalannya Galaxy S21, sebulan lebih awal dari yang dijadwalkan. Strategi ini dalam upaya untuk merebut pangsa pasar Huawei, sekaligus menangkis persaingan dari Apple. Padahal biasanya Samsung meluncurkan seri tidak diawal tahun. Tengok saja flagship generasi sebelumnya,  S20 diluncurkan pada awal Maret 2020.

Menurut laporan Reuters, peluncuran smartphone flagship tersebut akan memperkuat posisi Samsung sebagai penguasa pasar ponsel nomor wahid, setelah pada kuartal kedua 2020 sempat lepas ke tangan Huawei.

Seperti diketahui, Huawei mengambil alih Samsung sebagai penjual smartphone teratas dunia pada kuartal kedua karena permintaan domestik yang kuat. Lembaga riset Canalys mengatakan bahwa itu adalah kuartal pertama dalam sembilan tahun di mana perusahaan selain Samsung atau Apple, mampu memegang posisi teratas.

Namun dalam kuartal ketiga 2020, Samsung sukses membalikkan keadaan. Laporan lembaga riset Counterpoint menunjukkan vendor yang berbasis di Seoul itu, kembali ke puncak dengan penguasaan 22% pangsa pasar. Huawei kembali ke posisi kedua (14%), disusul Xiaomi (13%), Apple (11%), dan Oppo (8%).

Sebelumnya Huawei pernah menjadi menantang posisi teratas Samsung di pasar ponsel pintar global. Perusahaan bahkan menargetkan dapat menjadi pemain nomor satu di industri smartphone global pada 2020.

Alih-alih mampu mengkudeta Samsung, Huawei kini justru berada dalam mode “bertahan hidup”, akibat pembatasan AS yang mencekik pasokan chip yang digunakan dalam ponsel cerdas dan peralatan telekomunikasi.

Pejabat industri chip Korea Selatan berharap AS ditangan presiden baru Joe Biden akan meringankan beberapa pembatasan tersebut, karena bagaimana pun Samsung adalah pemasok utama Huawei. Meskipun di sisi lain, mereka juga mengharapkan pemerintahan AS yang akan datang dapat mempertahankan sikap keras terhadap China.

Sumber di salah satu pemasok utama chip ponsel pintar mengatakan stok Huawei diperkirakan akan habis pada awal tahun depan. Kurangnya pasokan chipset membuat Huawei berencana menghentikan prosesor andalannya Kirin. Hal ini bisa berujung pada anjloknya pangsa pasar.

Dengan beragam pembatasan, bisnis smartphone Huawei kini tengah di persimpangan. Padahal pangsa pasar smartphone dilaporkan bakal meningkat karena hadirnya jaringan 5G global.

Sebelumnya Firma riset TrendForce memproyeksi produksi smartphone Huawei untuk 2020 hanya akan mencapai 170 juta unit. Angka ini lebih rendah 10% dibandingkan dengan prediksi sebelumnya, yakni 190 juta unit. Dengan produksi yang menurun drastis, pangsa pasar Huawei dipastikan akan menciut dan diprediksi bakal turun ke posisi ke-7.

Meski kini kinerja Huawei tengah melemah, Samsung justru menghadapi persaingan yang semakin ketat dari vendor-vendor China lainnya seperti Xiaomi, Vivo dan Oppo. Ketiganya diharapkan dapat memanfaatkan perjuangan Huawei untuk mempertahankan pangsa pasar smartphone China.

Dari ketiga vendor China itu, Xiaomi bisa disebut paling agresif. Wajar jika Samsung perlu lebih waspada. Pasalnya, Xiaomi kini sudah nangkring di posisi ketiga, mendepak Apple yang turun di posisi empat. Luar biasa. Padahal lima tahun lalu, Xiaomi masih dianggap sebagai “anak bawang” di industri smartphone dunia.

Prestasi Xiaomi ini disebabkan karena menjadi smartphone pilihan pengganti Huawei di beberapa wilayah dunia, seperti di Amerika Latin, Eropa, dan Timur Tengah. Selain itu, perkembangan Xiaomi di wilayah lain juga tumbuh pesat, seperti di Indonesia, Filipina, dan Vietnam.

Meski Apple kini melorot ke posisi keempat, Samsung tak bisa menganggap remeh. Pasalnya, vendor yang berbasis di Cupertino, California itu, telah meluncurkan iPhone 12 pada Oktober lalu, sekitar sebulan lebih lambat dari biasanya.

Meski terlambat, kehadiran iPhone 12 bakal meningkatkan level persaingan. Membuat posisi Apple tetap kuat. Sehingga bukan tidak mungkin kalau peringkat Apple bisa naik lagi pada kuartal keempat 2020.

Terima kasih telah membaca artikel

Berebut Pangsa Pasar yang Bakal “Ditinggalkan” Huawei