Jakarta –

Virus cacar monyet belakangan ini bikin geger dunia lantaran kasusnya yang terus meningkat pesat, bahkan mewabah ke negara-negara non-endemik. Sama halnya dengan COVID-19, penyakit cacar monyet umumnya bisa dicegah dengan vaksinasi.

Salah satu vaksin, yaitu vaksin cacar diyakini dapat memberi perlindungan dari monkeypox atau cacar monyet. Lantas, benarkah demikian?

Mantan Direktur Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Asia Tenggara Prof Tjandra Yoga Aditama, menjelaskan bahwa virus penyebab cacar monyet masih satu genus dengan penyebab cacar. Ini bisa menjadi salah satu alasan vaksin cacar yang diberikan puluhan tahun dapat berperan untuk cacar monyet yang merebak saat ini.

“Virus penyebab cacar monyet memang satu genus dengan penyebab cacar, ini dasar pendapat bahwa vaksin yang puluhan tahun lalu diberikan untuk cacar masih mungkin berperan untuk cacar monyet sekarang ini,” tulisnya dalam keterangan yang diterima detikcom, Selasa (9/8/2022).

Berdasarkan paparan WHO, Prof Tjandra juga menjelaskan bahwa beberapa studi observasional menunjukan vaksin cacar memiliki efektivitas sekitar 85 persen untuk mencegah cacar monyet, artinya masih ada 15 persen yang tak terlindungi.

Meskipun begitu, mereka yang sudah pernah divaksin cacar dan tertular cacar monyet, kemungkinan gejala yang dialami akan lebih ringan.

“WHO mengatakan bahwa beberapa studi observasional menunjukkan bahwa vaksin cacar Vaccination against punya efektivitas 85 persen mencegah cacar monyet. Artinya, setidaknya masih ada 15 persen yang tidak terlindungi, kalau populasi besar maka jumlah mutlaknya besar juga. WHO juga mengatakan mereka yang sudah pernah di vaksin cacar dan kemudian masih tertular cacar monyet maka gejalanya akan lebih ringan,” sambungnya lagi.

“Dr Anthony Fauci penasehat penyakit menular pemerintah Amerika Serikat mengatakan bahwa lamanya proteksi vaksin cacar dapat berbeda dari orang ke orang, sehingga kita tidak dapat menjamin sepenuhnya bahwa mereka yang dulu sudah divaksin cacar akan terlindung pula terhadap cacar monyet kini,” kata Prof Tjandra.