Benarkah Makin Tinggi Efikasi Vaksin COVID-19, Makin Nendang Efek Sampingnya?

Jakarta

Semua jenis vaksin COVID-19 memiliki tingkat efikasi atau kemanjuran yang berbeda-beda. Misalnya, efikasi vaksin Sinovac sebesar 65,3 persen, Pfizer 95 persen, dan AstraZeneca 62,1 persen.

Apakah semakin tinggi efikasi vaksin membuat efek samping yang ditimbulkan juga akan semakin besar?

Menurut juru bicara pemerintah untuk COVID-19, dr Reisa Broto Asmoro, sebelum membahas kaitan antara efikasi dan efek samping vaksin, perlu diketahui terlebih dahulu pengertian dari efikasi.

“Efikasi ini adalah kemanjuran yang dihitung dari persentase. Angka efikasi sendiri menunjukkan kemungkinan penurunan penyakit dari kelompok yang divaksinasi, dibandingkan dengan kelompok yang tidak divaksinasi,” kata dr Reisa dalam Siaran Sehat Kemenkes RI, Senin (23/8/2021).

Efikasi ini dihitung saat uji klinis. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sendiri telah menetapkan batas minimal efikasi vaksin COVID-19 untuk mendapatkan izin penggunaan darurat, yakni 50 persen.

Maka dari itu, setiap jenis vaksin COVID-19 yang akan digunakan oleh masyarakat perlu dihitung efikasinya.

“Sudah pasti semua vaksin ini sama, dari keamanan dan efektivitasnya semuanya baik. Jadi nggak perlu pilih-pilih vaksin lagi,” ujar dr Reisa.

Lebih lanjut, dr Reisa juga menegaskan tidak ada kaitan antara semakin tinggi efikasi suatu vaksin COVID-19 dengan risiko efek sampingnya. Menurut dr Reisa, kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI) atau efek samping ini tergantung dari masing-masing respons tubuh seseorang.

“Ini tidak ada hubungannya dengan KIPI. Jadi tingkat efikasi yang makin tinggi, belum tentu ada kaitannya dengan kejadian ikutan pasca imunisasi, karena sebenarnya KIPI ini tergantung dari respons masing-masing tubuh orang,” jelasnya.


Terima kasih telah membaca artikel

Benarkah Makin Tinggi Efikasi Vaksin COVID-19, Makin Nendang Efek Sampingnya?