Bell’s Palsy

Jakarta

Wajah yang mengalami kelumpuhan disebut sebagai Bell’s palsy. Ketika mengalaminya, orang tidak dapat menggerakkan sebelah otot-otot wajahnya. Berikut penjelasannya.

Pengertian Bell’s palsy

Bell’s palsy adalah suatu kondisi yang menyebabkan kelemahan atau kelumpuhan sementara pada otot-otot wajah. Ini dapat terjadi karena infeksi virus atau bakteri.

Bell’s palsy bisa terjadi ketika saraf yang mengontrol otot wajah meradang, bengkak, atau tertekan. Kondisi tersebut menyebabkan satu sisi wajah lemas atau menjadi kaku. Orang mungkin mengalami kesulitan untuk tersenyum atau menutup mata pada sisi yang sakit. Dalam kebanyakan kasus, Bell’s palsy bersifat sementara dan gejalanya biasanya hilang dalam beberapa minggu atau bulan.

Meskipun Bell’s palsy dapat terjadi pada usia berapa pun, kondisi ini lebih sering terjadi pada orang berusia antara 16-60 tahun.

Gejala Bell’s Palsy

Gejala Bell’s palsy bervariasi dalam tingkat keparahan, mulai dari kelemahan ringan hingga kelumpuhan total. Semakin banyak peradangan dan kompresi saraf wajah terkena, semakin parah kelumpuhan dan waktu yang dibutuhkan saraf untuk pulih dan berfungsi kembali.

Gejala Bell’s palsy dapat berkembang 1-2 minggu setelah orang mengalami pilek, infeksi telinga, dan infeksi mata.

Gejala biasanya muncul tiba-tiba dan orang mungkin menyadarinya saat bangun di pagi hari atau saat mencoba makan dan minum.

Tanda dan gejala Bell’s palsy lainnya meliputi:

  • Kelemahan wajah
  • Mulut yang terkulai
  • Ketidakmampuan untuk membuat ekspresi wajah, seperti tersenyum atau mengerutkan kening
  • Kesulitan mengucapkan kata-kata tertentu
  • Mata dan mulut kering
  • Rasa yang berubah
  • Meneteskan air liur
  • Peka terhadap suara
  • Kesulitan makan dan minum
  • Kedutan otot di wajah
  • Iritasi mata pada sisi yang terlibat
  • Sakit kepala

Penyebab Bell’s Palsy

Meskipun penyebab pasti Bell’s palsy belum jelas, penyakit ini sering dikaitkan dengan infeksi virus. Virus yang dikaitkan dengan Bell’s palsy adalah virus yang menyebabkan:

  • Cold sore dan herpes genital (herpes simpleks)
  • Cacar air dan cacar ular (herpes zoster)
  • Mononukleosis menular (Epstein-Barr)
  • Infeksi sitomegalovirus
  • Penyakit pernapasan (adenovirus)
  • Campak jerman (rubella)
  • Gondongan
  • Flu (influenza B)
  • Penyakit tangan-kaki-dan-mulut (coxsackievirus)
  • Saraf yang mengontrol otot wajah melewati koridor sempit tulang menuju wajah. Pada Bell’s palsy, saraf tersebut menjadi meradang dan bengkak, biasanya berhubungan dengan infeksi virus. Selain otot wajah, saraf memengaruhi air mata, air liur, rasa, dan tulang kecil di tengah telinga.

Faktor Risiko Bell’s Palsy

Bell’s palsy lebih sering terjadi pada orang yang:

  • Sedang hamil, terutama pada trimester ketiga atau berada di minggu pertama setelah melahirkan
  • Mengalami infeksi saluran pernapasan atas, seperti flu atau pilek
  • Diabetes
  • Hipertensi
  • Obesitas
  • Serangan berulang Bell’s palsy jarang terjadi. Ketika kambuh, sering kali ada riwayat serangan berulang dalam keluarga. Ini menunjukkan bahwa Bell’s palsy mungkin ada hubungannya dengan genetik.

Komplikasi Bell’s Palsy

Kasus ringan Bell’s palsy biasanya hilang dalam waktu 1 bulan. Pemulihan dari kasus yang lebih parah ketika wajah lumpuh total bisa berbeda-beda. Komplikasi mungkin termasuk:

  • Kerusakan permanen pada saraf wajah
  • Pertumbuhan kembali serabut saraf yang tidak teratur. Hal ini dapat menyebabkan kontraksi otot tertentu yang tidak disengaja saat mencoba menggerakkan otot lain (synkinesis). Misalnya, saat tersenyum, mata di sisi yang terkena mungkin tertutup.
  • Kebutaan sebagian atau seluruhnya pada mata yang tidak mau menutup. Hal ini disebabkan oleh kekeringan yang berlebihan dan garukan pada lapisan pelindung bening mata (kornea).

Diagnosis Bell’s Palsy

Penyedia layanan kesehatan dapat membuat diagnosis berdasarkan gejala. Kondisi lain, termasuk stroke, sarkoidosis, dan penyakit Lyme, juga dapat menyebabkan kelumpuhan wajah. Untuk mengesampingkan penyebab tersebut, orang mungkin menjalani tes berikut:

  • Tes darah untuk memeriksa kondisi seperti penyakit Lyme atau sarkoidosis.
  • Elektromiografi (EMG) untuk mengukur aktivitas dan kerusakan saraf. Tes ini dapat membantu dokter memprediksi seberapa cepat pasien akan pulih.
  • Magnetic resonance imaging (MRI) atau computed tomography (CT) scan untuk menyingkirkan stroke atau penyebab kerusakan saraf lainnya.

Pengobatan Bell’s Palsy

Dalam kebanyakan kasus, gejala Bell’s palsy membaik tanpa pengobatan. Namun, perlu waktu beberapa minggu atau bulan agar otot-otot di wajah mendapatkan kembali kekuatan normalnya.

Perawatan berikut dapat membantu pemulihan:

1. Pengobatan

Dokter mungkin merekomendasikan obat-obatan seperti:

  • Obat kortikosteroid yang mengurangi peradangan
  • Obat antivirus atau antibakteri, yang mungkin diresepkan jika virus atau bakteri menyebabkan Bell’s palsy
  • Obat nyeri yang dijual bebas, seperti ibuprofen atau acetaminophen yang dapat membantu meredakan nyeri ringan
  • Obat tetes mata agar mata yang terkena terlumasi dengan baik

2. Perawatan di rumah

  • Penutup mata (untuk mata kering)
  • Handuk hangat dan lembab di wajah untuk menghilangkan rasa sakit
  • Pijat wajah
  • Latihan terapi fisik untuk merangsang otot-otot wajah

Kapan harus ke Dokter?

Jika mengalami gejala Bell’s palsy, seperti wajah terkulai atau kelumpuhan, segera temui dokter. Dokter mungkin ingin mengesampingkan penyebab lain, seperti stroke.

Memulai perawatan lebih awal dapat mempercepat kesempatan pulih. Temui juga dokter jika mengalami:

  • Gejala yang tidak membaik dalam 3 bulan
  • Iritasi mata kronis
  • Kelopak mata yang tidak mau menutup
  • Dehidrasi karena kesulitan minum dan menelan
  • Gangguan pendengaran
Terima kasih telah membaca artikel

Bell’s Palsy