Balap Lari Liar Dampak Minimnya Sarana Olahraga, Masa Sih?

Jakarta

Maraknya balap lari liar di berbagai daerah belakangan ini sering dikaitkan dengan minimnya sarana olahraga. ‘Adu dengkul’ di jalanan akhirnya jadi pelarian.

“Jika kami diberikan track lari, kami juga mau. Biar pelari risiko cederanya lebih kecil,” kata seorang peserta balap lari di Jakarta, sebut saja Mansur, saat dihubungi detikcom.

Apa yang disampaikan Mansur mungkin ada benarnya. Sebagian peserta balap lari liar mungkin sama sekali tidak tahu bahwa di Jakarta ada banyak track lari yang bisa dimanfaatkan dengan cuma-cuma.

Sebut saja GOR Sumantri Brodjonegoro, Lapangan Banteng, dan bahkan lintasan atletik Rawamangun yang juga terbuka di jam-jam tertentu. Lintasan lari di area Gelora Bung Karno juga sejak lama jadi lokasi favorit untuk berolahraga.

Namun sepertinya bukan itu persoalan utamanya. Praktisi kesehatan olahraga dr Rachmad Wishnu Hidayat, SpKO mengatakan bahwa di masa pandemi virus Corona COVID-19, penggunaan fasilitas olahraga sebenarnya memang dibatasi.

“Ruang olahraga semuanya ditutup agar penyebaran COVID-19 bisa ditekan. Makanya dokter menyarankan untuk berolahraga dari rumah,” kata dr Wishnu saat dihubungi detikcom, Kamis (17/9/2020).

Anjuran untuk olahraga di rumah juga ditujukan untuk menghindari kerumunan, karena bisa meningkatkan risiko terbentuknya klaster penularan yang baru. Kerumunan semacam ini sulit dihindari dalam kegiatan balap lari ilegal alias liar.


Terima kasih telah membaca artikel

Balap Lari Liar Dampak Minimnya Sarana Olahraga, Masa Sih?