Angka Kelahiran di Hong Kong Anjlok, Pemerintah Gagal Bikin Warga Mau Punya Anak

Jakarta –
United Nations Population Fund (UNFPA) melaporkan tingkat kesuburan di Hong Kong menjadi yang terendah di dunia sebesar 0,8. Itu lebih rendah dari Korea Selatan dan Singapura.
Pemerintah Hong Kong sangat menyadari tingkat kesuburan kota yang menurun. Berdasarkan data demografi pemerintah sendiri, tingkat kesuburan turun dari 1,2 menjadi sekitar 0,8 dari tahun 2011 hingga 2021.
Berbagai kebijakan telah dilakukan untuk mendongkrak angka kelahiran atau fertilitas. Misalnya, Sekretaris Keuangan Paul Chan mengatakan pemerintah telah melakukan banyak hal untuk meningkatkan, seperti tunjangan pajak anak akan dinaikkan sebesar HK$10.000 atau sekitar lebih dari Rp 19 juta.
Menurut Sekretaris Tenaga Kerja dan Kesejahteraan Chris Sun Yuk-han, memilih untuk memiliki anak adalah keputusan keluarga yang penting.
“Itu adalah keputusan keluarga yang penting dan pemerintah harus menghindari intervensi yang berlebihan dalam hal seperti itu. Tetapi menumbuhkan lingkungan yang mendukung bagi orang tua,” kata Yuk-han yang dikutip dari Hong Kong Free Press, Jumat (19/5/2023).
Namun, meningkatkan tunjangan pajak disebut tidak banyak membantu menghentikan penurunan tingkat kesuburan dalam beberapa tahun. Salah satu alasan utama kegagalan ini adalah karena kebijakan kesuburan Hong Kong tidak memberikan dukungan yang cukup pada orang yang ingin memiliki anak.
Tentu ada saja faktor sosial, seperti tekanan ekonomi, perubahan struktur sosial dan stabilitas politis, yang secara langsung mempengaruhi keputusan orang untuk memiliki anak.
Seperti yang dikutip dari South China Morning Post, Hong Kong juga menolak untuk memberikan hadiah uang tunai atau subsidi untuk melakukan perawatan In Vitro Fertilization (IVF) atau program bayi tabung. Di beberapa negara, pemerintah memberikan tunjangan bagi warganya yang ingin melakukan program tersebut.
Tetapi, layanan kesuburan semacam itu tidak sama sekali termasuk dalam agenda kesehatan masyarakat Hong Kong. Meski pemerintah menyediakan beberapa perawatan fertilitas bersubsidi di beberapa rumah sakit umum, itu memiliki persyaratan tersendiri.
Layanan itu hanya dibatasi untuk pasangan suami istri yang istrinya harus merupakan warga Hong Kong di bawah 40 tahun pada saat menerima perawatan pertama. Dan meskipun kesuburan wanita menurun seiring bertambahnya usia, pasien umum harus menunggu satu hingga dua tahun sebelum mereka bahkan dapat memulai perawatan pertama mereka.
Sebaliknya, untuk pasien swasta mereka dapat membayar untuk melakukan perawatan segera di beberapa rumah sakit dan klinik di Hong Kong. Tetapi, keuntungan yang jelas dari jalur ini adalah bahwa IVF dan prosedur reproduksi lainnya disubsidi secara signifikan.
Misalnya, di mana umum mungkin membayar antara HK$20.000 (Rp 38 juta) dan HK$30.000 (Rp 57 juta) untuk satu perawatan IVF di Rumah Sakit Queen Mary, pasien swasta dapat dengan mudah membayar empat kali atau lebih dari jumlah tersebut.
Ini berarti pasangan dengan kemampuan keuangan terbatas dihadapkan pada pilihan yang menyakitkan, antara biaya perawatan pribadi yang mahal atau bertambahnya usia dan menjadi kurang subur sambil menunggu perawatan di bawah pilihan publik.