Anggota Komisi IX Soroti Anak Kelas 5 SD Cuci Darah, Sebut Efek Minuman Manis

Jakarta

Kasus gagal ginjal berujung cuci darah makin banyak dialami usia muda. Salah satu faktor pemicu kasus ini adalah kebiasaan hidup yang tidak sehat.

Dalam rapat kerja bersama Kementerian Kesehatan, Anggota Komisi IX DPR RI dari Fraksi Partai Keadilan Sejahtera Netty Prasetiyani mengaku prihatin dengan pola hidup masyarakat usia muda Indonesia yang gemar mengonsumsi makanan maupun minuman dengan pemanis tambahan tinggi.

“Saya baru saja mengalami keprihatinan. Salah satu anak TA (Tenaga Ahli) saya berusia 23 tahun harus cuci darah karena kebiasaan mengonsumsi makanan yang bisa dibeli secara online. Anak-anak kita itu paling senang kalau dapat promo bayar pakai aplikasi tertentu, nanti dapat minuman berpemanis,” ujar Netty di ruang rapat Komisi IX DPR RI, Gedung Nusantara I DPR RI, Senayan, Jakarta, Senin (25/3/2024).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dia juga mengaku menemukan seorang anak siswa kelas lima SD asal Karawang, Jawa Barat, yang telah menjalani prosedur cuci darah akibat gagal ginjal. Dia menyebut kondisi anak itu dipengaruhi lantaran kebiasaan mengonsumsi teh dengan kandungan pemanis dan gula yang tinggi.

“Pak Menteri, ada anak kelas 5 SD sudah harus bolak-balik dari Karawang ke RSCM (Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo) untuk cuci darah. Kenapa? Ternyata kebiasaan mengonsumsi teh yang gulanya tinggi,” ungkapnya.


ADVERTISEMENT

Menanggapi pendapat Netty, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyebut bahwa pihaknya telah melakukan sejumlah langkah untuk membatasi konsumsi makanan dan minuman berpemanis, termasuk menerapkan label seperti di Singapura. Dia juga mengakui bahwa angka kasus penyakit tidak menular yang disebabkan konsumsi gula cukup tinggi.

“Kami sudah siap sebenarnya mengeluarkan label-label, seperti di Singapura, cuma kita tunggu saja sisi di sini,” tutur Menkes.

Terima kasih telah membaca artikel

Anggota Komisi IX Soroti Anak Kelas 5 SD Cuci Darah, Sebut Efek Minuman Manis