Anak-anak Punya Aksi ‘Gerakan Tutup Mulut’, Ini Cara Mengatasinya

Jakarta

Orang tua pasti sering dipusingkan oleh perilaku anak yang tak mau makan, padahal sudah disajikan makanan kesukaannya. Perilaku pada anak ini diketahui sebagai gerakan tutup mulut (GTM).

Dokter anak dari Rumah Sakit Ibu dan Anak Brawijaya dr. Attila Dewanti gerakan tutup mulut ini memang dilalui oleh semua anak.

“Ini tuh jarang banget satu anak bisa smooth gitu nggak ada gerakan tutup mulut, pasti ada satu periode entah itu sebulan, 2 bulan gerakan tutup mulut (GTM),” kata dr. Attila dalam sesi Expert Sharing virtual launching Milna Rice Crackers, Selasa (29/6/2021).

dr. Attila menjelaskan gerakan tutup mulut adalah aksi anak yang tidak mau dengan bentuknya yang bisa bermacam-macam. Gerakan awalnya bisa menutup mulutnya rapat-rapat, menyembur makanannya, atau bahkan melepehkan kembali makanan yang ada di dalam mulutnya.

Adapun penyebab GTM yaitu anak bosan dengan makanan tersebut. Oleh karena itu dr. Attila menyarankan orang tua agar membuat variasi makanan lainnya. Selain itu, penyebab lainnya dari GTM adalah anak sedang sakit dan juga giginya sedang tumbuh.

“Kalau tumbuh gigi ya nggak apa-apa, memang itu adalah sesuatu yang normal. Atau dia nggak lapar, memang waktunya belum makan udah kita paksa-paksa makan, atau dia kekenyangan makan snack (kudapan). Bisa juga karena keseringan kita paksa dia jadi trauma,” ujar dr. Attila.

Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) penyebab utama gerakan tutup mulut terjadi karena perilaku makan anak yang kurang baik atau pemberian makanan yang tak sesuai dengan usia.

“Jadi mungkin karena kita sangking sayangnya sama anak kita bener-bener makannya oke, kita (juga bisa) salah nih memberikan tekstur (makanannya), bisa saja. Karena mungkin kita kurang membaca, jadi tolong dilihat lagi tahapan makan untuk si kecil,” katanya.

Untuk mengatasi GTM ini sebenarnya gampang-gampang susah. Untuk itu, IDAI memberikan tips-tips atau cara mengatasi gerakan tutup mulut yang sering terjadi pada anak.

Pertama adalah dengan mengatur jadwal makan dan snack-nya secara teratur. Jadi ada 3 kali waktu makanan utama dan 2 kali kudapan. Kemudian, boleh juga ditambahkan pemberian ASI di sela-sela waktu tersebut.

“Dan batasi, kalau makan 30 menit nggak habis, ya udah nggak usah dipaksa-paksa harus habis, tidak. Kalau sudah 30 menit nggak habis, selesai, berarti nanti makannya lanjut lagi (di jadwal) makan berikutnya,” ucap dr. Attila.

Tipa selanjutnya yaitu dengan membuat lingkungan atau suasana yang menyenangkan ketika menyuapi anak. Boleh juga dengan mengajaknya makan bersama di meja makan dengan menggunakan kursi makan anak.

“Karena dengan makan bersama, dia akan melihat dan mencontoh, orang tuanya makan apa? Kalau bundanya pintar makan sayur, maka dia akan ikut makan sayur. Tapi kalau bundanya nggak suka sayur, jangan harap si kecil doyan sayur. Karena dia akan melihat perilaku bunda dan ayahnya,” ungkap dr. Attila.

Di samping itu, orang tua bisa mengajarkan anaknya belajar makan sendiri. Tetapi yang harus diperhatikan adalah tidak terlalu memaksakan, sebab masing-masing anak mempunyai kemampuan yang berbeda-beda. Tetapi, orang tua tetap harus mengajarkannya dengan menstimulasi motorik halus dengan berbagai makanan dan kudapan yang sesuai dengan usianya.

Selain itu, orang tua juga disarankan untuk memberikan makanan pendamping ASI (MPASI) yang bervariasi untuk mencegah GTM. Tak hanya mencegah GTM, variasi makanan juga dapat mendukung oromotor yaitu otot mengunyah anak.

“Dan bentuknya bisa macem-macem. Bisa diberikan puree, cincang, atau finger food,” jelasnya.

Adapun pengertian finger food adalah makanan yang bisa dipegang dan teksturnya bisa dimakan oleh anak. Baiknya dikenalkan pada anak usia 8-9 bulan yang sudah memegang sesuatu dengan baik. Contoh dari finger food antara lain adalah buah yang dipotong panjang hingga biskuit.

“Ini bagus loh karena dapat melatih motorik menggenggam, masukin ke mulut, dan untuk perkembangan oromotor. Nah, oromotor itu juga penting karena ada hubungan kemajuan oromotor dengan kemampuan berbicara,” imbuhnya.

Salah satu finger food yang bisa menjadi pilihan para ibu di rumah adalah produk terbaru dari Milna yaitu Milna Rice Crackers. Brand Representatif Milna, Clarissa Gunawan menjelaskan produk terbaru dari Milna ini bisa mengajarkan anak untuk menggenggam dan makan sendiri.

“Produk ini bertekstur renyah. Sehingga memberikan tekstur baru untuk si kecil bereksplorasi. Produk ini juga tinggi zat besi dan zinc, gluten free, tanpa pengawet dan tanpa MSG. Keunggulannya juga kita bisa menstimulasi pertumbuhan motorik si kecil,” urainya.

Milna Rice Cracker terdiri dari 3 varian yaitu Sweet Potato Carrot, Banana Berries, dan Apple Orange yang bisa menjadi pilihan kudapan sehat untuk anak. Produk-produk ini juga bisa didapatkan di minimarket hingga toko-toko terdekat.


Terima kasih telah membaca artikel

Anak-anak Punya Aksi ‘Gerakan Tutup Mulut’, Ini Cara Mengatasinya