
Ahli Pencernaan Soroti Bahaya Miras Oplosan, Bikin 12 Warga Subang Tewas

Jakarta –
Kasus miras oplosan masih cukup sering terdengar. Belum lama, belasan warga Kabupaten Subang, Jawa Barat, meninggal usai menenggak minuman keras (miras) oplosan selepas acara pernikahan pada Minggu (29/10/2023).
Sebanyak 13 orang meninggal dunia, dan 4 korban lainnya masih menjalani perawatan medis di RSUD Ciereng, Subang, dan sebagian di puskesmas. Ternyata, dampak dari miras oplosan sangat berbahaya bagi tubuh.
Spesialis penyakit dalam dan guru besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Prof Dr dr Ari Fahrial Syam, SpPD, menjelaskan mengkonsumsi minuman beralkohol bisa berdampak buruk pada tubuh. Mulai dari otak, liver, pankreas, otot, tulang, sistem genitalia, hingga sistem pencernaan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Penggunaan alkohol dalam waktu singkat dan berlebihan akan menyebabkan terjadinya keracunan alkohol (Intoksikasi alkohol) dan dapat menyebabkan kematian. Akibat penggunaan alkohol dalam waktu singkat dan berlebihan akan menyebabkan seseorang menjadi ‘mabuk’,” jelas Prof Ari dalam pesan singkat yang diterima detikcom, Rabu (1/11/2023).
“Intoksikasi terjadi jika jumlah alkohol yang dikonsumsi diatas ambang toleransi orang tersebut, sehingga menyebabkan terjadinya gangguan baik fisik maupun mental. Seseorang yang dalam keadaan mabuk tidak sadar akan apa yang sedang dilakukan, disorientasi, bingung dan lupa,” sambung dia.
Bagaimana jika yang dikonsumsi adalah miras oplosan?
Prof Ari menegaskan minuman keras atau miras yang dicampur dengan minuman lain (oplosan), semakin berbahaya bagi tubuh. Sebab, miras oplosan membuat kadar alkohol yang dikonsumsi menjadi tidak jelas jumlahnya.
Umumnya, minuman keras akan dioplos dengan berbagai macam hal, seperti minuman berenergi yang mengandung kafein. Hal ini tentu akan mengganggu jantung.
Selain itu, miras yang dicampur dengan minuman keras lain seperti metanol yang tidak diketahui kadar alkoholnya. Meski tujuan utamanya hanya untuk mendapatkan harga yang lebih murah, itu bisa memicu efek samping yang lebih berat dari minuman yang mengandung alkohol saja.
“Alkohol oplosan yang terakhir ditemukan di Sumedang dan sudah menyebabkan ratusan korban ternyata diduga mengandung alkohol 96 persen, jelas akan membuat efek samping lebih cepat dan lebih berat,” jelas Prof Ari.
“Akhirnya, ternyata penggunaan alkohol lebih banyak dampak buruknya daripada manfaatnya. Sehingga upaya untuk melarang penggunaan alkohol di tengah masyarakat luas memang harus dilakukan tentunya melalui berbagai peraturan pemerintah baik pusat maupun daerah,” pungkasnya.
Ahli Pencernaan Soroti Bahaya Miras Oplosan, Bikin 12 Warga Subang Tewas
