
Adjie Santosoputro, Milenial yang Tertarik dengan Kesehatan Mental

Jakarta –
Sebagai praktisi mental sekaligus pendiri dari Santosha Emotional Healing Center Adjie Santosoputro kerap berbagi ilmu mengenai cara menjaga agar mental tetap sehat. Media yang dimanfaatkan oleh Adjie untuk berbagi ilmu pun beragam mulai dari training, workshop, dan seminar.
Ketertarikan Adjie di dunia kesehatan mental sudah hadir jauh sebelum dirinya memutuskan untuk menempuh pendidikan di jurusan psikologi Universitas Gadjah Mada. Latar belakang keluarga broken home membuat dirinya semakin tertarik dengan isu tersebut.
Selama menjadi praktisi kesehatan mental, sejumlah pengalaman pun pernah dirasakan olehnya. Salah satu momen yang menurutnya berharga saat menjadi praktisi kesehatan mental yakni mampu mendengarkan berbagai sudut pandang cerita banyak orang.
Ada satu kasus yang menurutnya berkesan yakni ketika menghadapi anak muda berselisih dengan orang tuanya. Kala itu, Adjie harus bisa membangun komunikasi dengan orang tua dan anaknya. Berangkat dari komunikasi tersebut, ia mencoba menyampaikan sejumlah hal yang dibutuhkan dan dikeluhkan orang tua kepada anaknya, serta sebaliknya.
Syukur komunikasi tersebut berbuah hasil. Menurutnya, dari kasus tersebut, sang anak bisa mengetahui keinginan orang tua serta masalah tersebut bisa terurai.
Selain itu, ia mengatakan menjadi praktisi kesehatan mental harus bisa berdiri di antara dua kubu yang artinya tidak memihak kepada siapapun.
Ia mengatakan seorang praktisi kesehatan mental harus mampu menjadi pendengar yang baik tanpa menghakimi. Praktisi kesehatan mental harus mampu meletakkan judgment, prasangka buruk, dan asumsi negatif lainnya ketika mendengarkan cerita seseorang.
Khusus untuk generasi saat ini, Adjie Santosoputro anak muda jaman sekarang merupakan antitesanya generasi pendahulunya. Generasi sekarang cenderung romantisme dan mengglorifikasi persoalan metal. Hal itu lah yang kerap membuat generasi saat ini terkesan addicted to pain atau sulit pulih dari kondisi gangguan mental.
Untuk mengatasi kesehatan mental, generasi muda harus mendapatkan edukasi mengenai masalah tersebut. Pasalnya saat ini edukasi mengenai kesehatan mental cenderung kurang.
Menurutnya, hal itu diperparah dengan kesadaran mengenai pentingnya menjaga kesehatan mental yang masih tergolong rendah. Stigma negatif yang kerap hadir ketika seseorang datang ke psikolog juga menjadi tantangan tersendiri. Hal itu lah yang membuat generasi saat ini enggan untuk mengkonsultasikan terkait kesehatan mental yang sedang dihadapinya.
Melihat bagaimana pengalaman Adjie terjun melihat secara langsung kondisi mental masyarakat, khususnya generasi muda dalam menangani kesehatan mental, membuat banyak orang harus membuka mata. Di satu sisi, setiap orang perlu membicarakan kesehatan mental secara terbuka demi menghapus stigma-stigma yang ada. Tapi di satu sisi, muncul konsekuensi akan kecenderungan untuk meromantisasi dan mengglorifikasi kesehatan mental.
Sebagai informasi, foto 77 Potret Anak Bangsa di atas diabadikan oleh kamera OPPO Reno8 Pro 5G ‘The Portrait Expert’. Ponsel ini dilengkapi chipset MariSilicon X, memberikan performa AI terbaik dalam mengolah foto maupun video bahkan saat kondisi minim cahaya.
OPPO Reno8 Pro 5G mampu membuat siapapun dapat menghasilkan karya dan mengekspresikan diri tanpa batas melalui teknologi yang dimiliki, desain yang memukau dan performa paling unggul. Kamu juga bisa berpartisipasi dalam kampanye 77 Potret Anak Bangsa di Instagram OPPO Indonesia, kunjungi website resmi OPPO Indonesia untuk informasi lebih lanjut melalui tautan ini.
(ads/ads)
Adjie Santosoputro, Milenial yang Tertarik dengan Kesehatan Mental
