Ada Risetnya! Rutin Jalan Kaki Terbukti Bisa Cegah kena Serangan Jantung

Jakarta –
Menggapai hidup sehat dan terhindar dari berbagai macam penyakit tidaklah sesulit yang dibayangkan. Bahkan, dengan aktivitas sesederhana seperti berjalan kaki saja ternyata sudah bisa membantu Anda terhindar dari risiko penyakit mematikan.
Berjalan kaki adalah hal yang sudah menjadi bagian dari keseharian banyak orang. Namun di sisi lain, aktivitas simpel ini memberikan manfaat yang besar, terutama bagi kesehatan jantung.
Spesialis jantung dan pembuluh darah dari Rumah Sakit St Carolus Summarecon Serpong, dr Bayushi Eka Putra, SpJP, mengungkapkan dengan berjalan kaki minimal 6.000 langkah setiap hari, seseorang sudah bisa menurunkan risiko kematian akibat serangan jantung hingga 42 persen.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Secara penelitian, aktivitas olahraga berjalan kaki yang jumlahnya rata-rata di atas 6.000, kalau lebih bagus itu di atas 9.000 sampai 10.000 langkah dalam sehari, bisa mengurangi angka kematian jantung itu mencapai 42,3 persen,” ujarnya saat ditemui detikcom, Rabu (13/9/2023).
dr Bayushi mengatakan ada sejumlah manfaat kesehatan yang bisa diperoleh dengan berjalan kaki. Pertama, meningkatkan sekaligus memperlancar proses metabolisme.
BACA JUGA
“Kedua, otomatis lemak di bagian tubuh itu juga pasti akan berkurang. Visceral fat atau lemak di perut itu berpotensi mengakibatkan kondisi insulin resistance atau resistensi insulin, yang kalau dibiarkan akan menjadi masalah sindrom metabolik; hipertensi, diabetes, kolesterol tinggi. Itu sebenarnya tiga sekawan yang salah satu penyebab utamanya adalah inaktivitas atau tidak bergerak dalam sehari,” paparnya.
Tak hanya itu, berjalan kaki juga dapat memberikan tekanan atau stressor kepada jantung. Stressor inilah yang nantinya membantu jantung untuk berkembang dan membantu tubuh seseorang untuk bisa beradaptasi dengan aktivitas fisik yang lebih berat.
“Jantung sendiri perlu yang namanya stressor. Jadi supaya kondisinya supaya tetap sehat, dia butuh stressor atau aktivitas fisik. Misalkan kita melakukan aktivitas, kalau misal kaki nggak dipakai nih, lama-lama dia akan mengalami pengecilan ukuran kaki. Begitu pula dengan jantung,” ungkapnya.
“Jantung itu memiliki kemampuan untuk berkembang sesuai dengan apa yang dilakukan sehari-harinya. Kalau kita bandingkan jantung atlet dengan kita, pasti berbeda. Bedanya di mana? Efektivitas pompanya pasti berbeda. At least kita nggak mengejar sampai ke sana, tapi paling nggak dengan aktivitas fisik yang kita berikan, jantung itu bisa memompa dengan optimal,” lanjutnya.
“(Jadi) ketika nanti dibutuhkan, mungkin kita harus berolahraga lebih kencang atau sifatnya kompetitif, jantung kita udah cukup siap untuk melakukan hal tersebut,” pungkas dr Bayushi.
BACA JUGA