Shopee Affiliates Program

Ujung Perang Teknologi China vs AS Ada di Urusan Dapur?  

Jakarta, – Perang teknologi China dangan Amerika Serikat dipredikisi ujung konfliknya bakal mereda demi kepentingan ekonomi dan kemaslahatan konsumenya di masing-masing negara.

“Bisa di era Joe Biden, atau pada kepemimpinan AS periode berikutnya. Akhir realitas dari ketegangan ini ujung-ujungnya publik AS itu ingin memiliki calon pemimpin yang tidak hanya hebat pada urusan perang, atau mendikte negara lain. Tetapi ingin memiliki presiden yang bisa memberikan pekerjaan, masyarkatnya bisa menghidupi keluarga, barang-barang terjankau akhirnya urusan dapur juga,” terang Didin Nasirudin, Managing Director Bening Communication dan Pemerhati Politik Amerika Serikat, dalam ajang Bincang Eksekutif Selular, yang mengangkat tema ‘Mengukur Dampak Perang Teknologi China dan Amerika Serikat?’

Kemudian Didin menceritakan pakem tersebut sebenarnya sudah terlihat pada masa AS di bawah kepemimpinan Ronald Reagan, yang dimana tidak hanya hebat pada urusan perang di Lebanon. Tetapi selama memimpin AS berhasil keluar dari masa resesi, dapat meruntuhkan tingkat pengangguran dan lain sebagainya, “jadi presiden AS yang jatuh itu bukan karena masalah lain, tetap lebih ke urusan ekonomi juga,” lanjutnya.

Pada urusan perang teknologi China dan AS, juga tak dipungkiri apabila terjadi gencatan senjata bakal mengungtungkan konsumen negara mereka masing-masing termausk di pasar yang lebih luas, tak terkecuali di Indonesia.

“Dan pada akhirnya pula konsumen baik dari AS maupun China, dan di luar kedua pasar tersebut bakal memilih tidak hanya faktor murah saja tapi juga akan mengarah pada ekositem perangkat dan segala macamnya, angin bertiup ke arah mana kita tidak tahu. Tapi naik turun brand yang dahulu market leader tapi sekarang menghilang pun bagian dari persaingan teresebut,” ungkap Didin.

Dan langkah undur dirinya AS pada konflik Afganistan pun juga besar indikasinya ingin fokus di wilayah Asia. Yang dahulu tidak terlalu fokus karena pemimpin AS sekarang terganggu dengan konflik warisan pemimpin sebelumnya, baik itu pada Afganistan, Syria, Irak dan lain sebagainya. “Dengan mengurangi fokusnya di Afganistan, maka bisa menambah fokus AS di wilayah Asia karena ada kepentingan juga mereka di wilayah tersebut,” tandasnya.

Apalagi khusus dengan China, hubungan kedua negara ini di wilayah persaingan teknologi begitu ketat, dan cenderung memiliki konflik yang terbilang unik, karena kedua negara sebenarnya saling membutuhkan satu sama lain. Contohnya AS menguasai teknologi untuk semikonduktor, teknologi produk dan lain-lainya.

Namun China menguasai manufacturing, dan usur bahan baku sumber daya logam tanah jarang (LTJ), yang diperlukan untuk membuat prosesor, pesawat, mobil listrik. Dan perlu Anda ketahui China itu merupakan pemasok LTJ 97 persen di dunia.

Kemudian di AS itu 50 persen lebih dividen berbais iOS menguasai pangsa pasar wilayahnya. Dan China pun juga demikian yang telah terbiasa hidup tanpa layanan dari teknologi AS.

Dua pasar itu konsumenya tidak saling ketergantungan, dan tidak terdampak. Di tengah-tengahnya misal untuk konsumen Indonesia kini juga telah terbiasa mengunakan dua ponsel misal, satu untuk teknologi China dan selebihnya AS, guna menjawab kebutuhan teknologi yang tengah berkembang belakangan ini.

[embedded content]
Terima kasih telah membaca artikel

Ujung Perang Teknologi China vs AS Ada di Urusan Dapur?