
Industri 5.0 Hadir lebih Cepat, Ahli: Berkat 5G dan Masifnya Layanan OTT di Tanah Air

Jakarta, – Era 5G menandakan Indonesia bersiap memasuki industri 5.0, menggeser industri 4.0 yang telah lama dibergulir di Indonesia.
Ahmad M. Ramli, guru besar fakultas hukum Universitas Padjadjaran (UNPAD) menjelaskan, hadirnya Industri 5.0 meluruskan stigma yang beredar di industri 4.0 sebelumnya.
“Yang dimana kepanikan muncul di industri 4.0 soal peran manusia yang tergeser oleh mesin atau robotik. Nah, industri 5.0 mengkoreksi hal itu, yang dimana hubungan pada era ini tidak hanya mesin ke mesin tetapi juga manusia ke mesin dan sebaliknya. Peran manusia di sini sebagai pusat peradaban yang menggunakan teknologi sebagai penata kehidupan, sedangkan industri 4.0 itu pendekatanya lebih pada digital cyber physical,” terang Ramli, dalam ajang Studium Generale ‘Dampak Transformasi Digital terhadap Pendidikan Tinggi Hukum dan Profesi Hukum’, Senin (30/8).
Baca juga: 5G Indosat Ooredoo Sambangi Ibu Kota, Gubernur DKI Jakarta Siap Fasilitasi Pembangunan Infrastruktur
Gambaran contoh mampanya industri 5.0, Ramli menceritakan bisa melihat ke Jepang. Yang diaman negara dengan penduduk yang rata-rata didominasi orang tua itu sudah mengkedepankan Teknologi informasi komunikasi (TIK) untuk mengontrol kualitas infrastruktur, baik itu informasi kesehatan, layanan publik, “Jepang juga kita ketahui sebagai negara yang memiliki infrastruktur massif, semua dikendalikan melalui TIK, jadi bukan mesin atau robot yang mengantikan manusia,” sambungnya.
Dan yang tak kalah menarik sebenarnya industri 5.0 datang dengan sangat singkat dari prediksinya, yang diperkirakan baru akan hadir sekitra 20 tahun kedepan.
Baca juga: Kunci Percepat Implementasi 5G, Ada di Ekosistem dan Penetrasi Teknologi
“Namun di era pandemi justru mendorongnya lebih singkat yaitu 10 tahun saja. Komersialisasi 5G yang sudah dimiliki Telkomsel, Indosat Ooredoo dan XL Axiata turut mempercepat transisi tersebut menjadi jauh lebih singkat, lalu masifnya platform over the top (OTT) juga memacu industri 5.0 lebih cepat hadir lagi,” kata Ramli.
Dampaknya pun dinilai sangat positif dan multiplier efek, dengan segala kecepatan, baik itu untuk industri maupun orang-perorangan.
Baca juga: Laporan: Vivo Menjadi Brand Smartphone 5G Terlaris di Pasar Asia Pasifik
Kendati demikian juga memiliki tantangan, yang dimana hasil riset McKinsey Global Institute memperkirakan akan ada peningkatan permintaan pekerjaan baru sebanyak 21-33 persen hingga 2030.
Berarti, terdapat sekitar 555-890 juta pekerjaan baru yang bisa dimanfaatkan. Beberapa jenis pekerjaan baru tersebut di antaranya data analyst, machine learning specialist, dan big data specialist. Permasalahannya, jumlah orang yang menguasai bidang tersebut tidak banyak, dan perlu dipersiapkan guna menyongsong industri 5.0.
Industri 5.0 Hadir lebih Cepat, Ahli: Berkat 5G dan Masifnya Layanan OTT di Tanah Air
