Tanpa Diduga, Penyakit Ini Bisa Jadi Silent Killer

Jakarta

Hipertensi atau orang Indonesia biasa menyebutnya ‘darah tinggi’ merupakan ancaman serius bagi kesehatan setiap orang. Hipertensi merupakan salah satu penyebab dari penyakit jantung yang notabene penyebab kematian nomor 1 di dunia, sampai saat ini.

Merujuk pada data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), hipertensi termasuk penyakit tidak menular yang menjadi salah satu penyebab utama kematian prematur di dunia. Di tahun 2019, WHO mencatat sekitar 22 persen penduduk dunia menderita hipertensi. Seseorang dinyatakan hipertensi jika memiliki tekanan darah di atas 140/90 mm/hg pada pengukuran di klinik atau di atas 135/85 pada pengukuran tekanan darah di rumah.

Berdasarkan keterangan Kementerian Kesehatan (kemenkes) RI, ada beberapa faktor yang melatarbelakangi timbulnya hipertensi. Pola hidup yang tak sehat, seperti merokok, kurang makan sayur dan buah, konsumsi alkohol berlebih, kurang aktivitas fisik, termasuk hulu dari penyakit hipertensi. Obesitas dan stress juga masuk dalam daftar pemicu timbulnya hipertensi.

Hipertensi menjadi berbahaya bukan hanya karena efek yang ditimbulkannya terhadap tubuh. Tapi, penyakit ini terkadang tak terdeteksi sampai akhirnya pengidapnya mengalami masalah fatal, semisal gagal jantung. Inilah yang menjadikan hipertensi dikategorikan sebagai pembunuh dalam senyap, atau silent killer.

Mengutip hasil Riset Kesehatan Dasar Tahun 2018 oleh Kemenkes RI, prevalensi hipertensi pada penduduk berusia 18 tahun ke atas mencapai 34,1 persen. Jumlah tersebut meningkat signifikan dibandingkan data tahun 2013, yakni prevalensi hipertensi pada penduduk usia 18+ sebesar 25,8 persen.

Hipertensi berkaitan erat dengan penambahan usia. Namun, Riskesdas 2018 juga mengungkap masyarakat perkotaan lebih berisiko mengidap hipertensi. Hal itu lantaran masyarakat perkotaan cenderung menerapkan gaya hidup sedentari, yakni kurang aktivitas fisik sehingga energi yang dikeluarkan sangat sedikit. Belum lagi kebiasaan mengkonsumsi makanan instan dan kurang konsumsi sayur, membuat orang-orang kota rentan mengidap hipertensi.

Masalah lainnya, kesadaran masyarakat terhadap risiko hipertensi masih tergolong rendah. Dari Riskesdas 2018 diketahui, hanya 12 persen penduduk kelompok usia di atas 18 tahun yang rutin memeriksakan tekanan darahnya. Sementara itu, sisanya jarang dan tidak mengukur tekanan darahnya.

Minimnya kesadaran untuk memeriksakan tekanan darah membuat penanggulangan risiko hipertensi sulit untuk dilakukan. Penyakit ini baru diketahui begitu ada gejala, atau malah ketika benar-benar kolaps.

Guna menekan risiko hipertensi, pemeriksaan secara rutin menjadi keharusan. Selain mengunjungi fasilitas kesehatan, pemeriksaan tekanan darah bisa dilakukan secara mandiri di rumah atau di manapun. Menggunakan pengukur tekanan darah dan tensimeter digital bisa dilakukan dengan mudah dan presisi .

Produk pengukur tekanan darah dari OMRON dapat digunakan untuk mengetahui tekanan darah secara berkala. Penggunaan tensimeter digital OMRON terbilang sangat mudah. Pengguna tinggal menggunakan manset di lengan, lalu menekan tombol ‘start’ pada alat pengukur. Setelah itu, angka tekanan darah berikut dengan detak jantung akan muncul di monitor.

“OMRON mendorong masyarakat Indonesia, termasuk generasi milenial untuk tetap sehat melalui pemantauan tekanan darah di rumah. Mengukur tekanan darah secara teratur adalah salah satu langkah paling penting untuk mencegah dan mengendalikan hipertensi,” ujar Marketing Manager OMRON Herry Hendrayadi.

Tensimeter OMRON dapat digunakan di rumah atau di mana pun saat harus mengecek tekanan darah. Produk ini juga sudah digunakan di berbagai rumah sakit dan fasilitas kesehatan lainnya.


Terima kasih telah membaca artikel

Tanpa Diduga, Penyakit Ini Bisa Jadi Silent Killer