Samsung Bidik Posisi Tiga Besar Bisnis Jaringan 5G

Jakarta, – Vendor asal Korea Selatan, Samsung berupaya memperluas kehadirannya di pasar-pasar strategis, terutama Eropa. Upaya itu sejalan dengan ambisi Samsung mempertahankan momentum pertumbuhan dalam bisnis peralatan jaringan 5G yang terus bertumbuh di kawasan itu.
Seperti dilansir dari laman Allied Market Research, pasar infrastruktur 5G Eropa bernilai $359,3 juta pada 2019, dan diproyeksikan mencapai $42,70 miliar pada 2027. Mencatat pertumbuhan tahunan (CAGR) sebesar 85,1% dari 2020 hingga 2027.
Dengan peluncuran 5G di Eropa yang semakin meluas dan pemimpin industri Huawei tengah berfokus pada pasar domestik karena pembatasan oleh AS, vendor yang berbasis di Seoul itu meyakini dapat merebut lebih banyak lagi pangsa pasar yang ditinggalkan Huawei.
Meskipun perusahaan teknologi itu adalah vendor nomor wahid di pasar global untuk chip memori dan smartphone, namun dalam bisnis peralatan jaringan khususnya 5G, Samsung masih terbilang anak bawang.
Menurut perusahaan riset pasar Dell’Oro Group, Samsung hanya menempati urutan kelima di belakang Huawei, Ericsson, Nokia dan ZTE berdasarkan empat kuartal terakhir. Penguasaan pasar Samsung tak lebih dari 10-15% pada kuartal pertama 2021.
Namun saat Samsung meraih kontrak senilai $6,6 miliar dengan perusahaan telekomunikasi AS Verizon pada September 2020, diikuti oleh kesepakatan dengan NTT Docomo Jepang pada Maret 2021, “kesan telah berubah”. Demikian diungkapkan Woojune Kim, Wakil Presiden Eksekutif Bisnis Jaringan Samsung, kepada Reuters, Jumat (4/5/2021).
Samsung saat ini sedang melakukan uji coba 5G dengan perusahaan telekomunikasi Eropa seperti Deutsche Telekom di Republik Ceko, Play Communications di Polandia dan perusahaan besar Eropa lainnya.
Selain AS dan Jepang, perusahaan telah memiliki portfolio di sejumlah pasar strategis, termasuk Korea Selatan, Kanada, dan Selandia Baru. Namun sejauh ini, Samsung belum memiliki kehadiran yang kokoh di Eropa.
Sehingga uji coba di berbagai negara itu merupakan langkah penting Samsung, dalam upaya menerobos pasar jaringan Eropa yang selama ini dikuasai oleh tiga pesaing utama (Nokia, Ericsson, Huawei).
Selain Eropa, Samsung juga berencana untuk memperluas kehadirannya di sejumlah negara, seperti India, Australia dan kawasan Asia Tenggara, tambahnya. Dikeluarkannya vendor-vendor China dalam proyek pembangunan 5G oleh India dan Australia menjadi kesempatan besar bagi Samsung untuk menancapkan kuku di negara-negara itu.
Saat ini bisnis peralatan jaringan terbilang kecil untuk Samsung, yang memiliki pendapatan sebesar 236,8 triliun won ($212,50 miliar) pada 2020. Vendor tidak mengumumkan angka terpisah untuk setiap bisnis. Sebagian besar analis juga tidak memiliki perkiraan berapa pundi-pundi uang yang sudah dikantungi Samsung di bisnis jaringan.
Namun Samsung mengatakan sejak peluncuran jaringan 5G dimulai pada 2019 di berbagai negara, jumlah operator baru untuk peralatan dan sistem 5G meningkat rata-rata 35% per tahun.
Selain momentum peluncuran 5G, tekanan AS pada sekutunya untuk mengecualikan Huawei dari sistem 5G telah memberikan peluang bagi para pesaingnya, termasuk Samsung untuk memperluas pangsa pasar.
Samsung menggembar-gemborkan teknologi RAN (jaringan akses radio) virtual, atau perangkat lunak yang memungkinkan perusahaan telekomunikasi untuk secara bebas menggunakan peralatan jaringan siap pakai dalam berbagai kombinasi untuk menghubungkan pengguna ke jaringan, menghemat biaya dan memberikan fleksibilitas.
Verizon telah mengadopsi teknologi ini untuk 5G RAN, sementara di Korea Selatan, semua jaringan inti 5G operator divirtualisasi, kata Samsung, dengan penggunaan layanan online yang sangat berat di negara itu seperti e-commerce dan pengiriman makanan dibandingkan dengan ukuran populasi yang berfungsi sebagai tolok ukur.
Menurut Kim, dengan momentum pasar yang telah tercipta, Samsung menargetkan dapat menduduki posisi tiga besar dalam bisnis peralatan jaringan telekomunikasi, khususnya 5G yang mulai berkembang pesat. Meski mengusung target tinggi, Kim tidak memberikan jangka waktu, dengan alasan waktu inkubasi industri yang lama.
“Kami membutuhkan waktu sekitar satu dekade untuk memenangkan kesepakatan Verizon, sejak membentuk hubungan awal. Dibutuhkan ketekunan (untuk mencapai tujuan itu),” pungkas Kim.
Di Indonesia sendiri, bisnis jaringan yang digeluti Samsung masih memerlukan pembuktian. Pasalnya, pasar saat ini sudah dikuasai oleh empat vendor dunia, masing-masing Huawei, Ericsson, ZTE, dan Nokia. Meski demikian, komersialisasi 5G oleh Telkomsel dan operator lainnya, memberikan kesempatan bagi Samsung untuk mencuri pangsa pasar dari para pesaingnya itu.