
Vaksin Pfizer Vs Miokarditis, Dokter Jantung: COVID-19 Tetap Lebih Bahaya!

Jakarta –
Laporan para ahli di Israel mengaitkan vaksin Corona berbasis mRNA buatan Pfizer-BioNTech dengan kasus miokarditis atau radang otot jantung. Dokter jantung mengingatkan untuk tidak perlu buru-buru panik.
“Kita lebih takut harusnya pada COVID-19-nya, bukan pada vaksinnya,” pesan dokter jantung dari Siloam Hospital, dr Vito A Damay, SpJP(K).
Menurut dr Vito, miokarditis pada dasarnya bisa sembuh dengan pengobatan yang baik. Kaitannya dengan vaksin mRN seperti Vaksin Pfizer juga masih belum jelas betul, masih terus diteliti.
Justru, dampak infeksi COVID-19 dinilainya lebih menakutkan. Vaksin, bagaimanapun, bisa memberikan perlindungan terhadap risiko tersebut.
“Justru 49 persen pasien COVID-19 yang dirawat di ICU mengalami miokarditis,” kata dr Vito kepada detikcom, Kamis (3/6/2021).
Pasien COVID-19 yang memiliki kondisi penyerta berupa miokarditis akan mengalami gangguan dalam memompa darah dan oksigen. Ditambah ada radang di paru-paru, pertukaran oksigen dengan CO2 jadi tidak berjalan dengan baik.
“Miokarditis bisa menjadi komplikasi pemberat COVID salah satunya melalui jalur ini,” jelasnya.
Apa saja gejala miokarditis?
Miokarditis merupakan radang yang terjadi pada otot jantung atau miokardium. Radang juga bisa terjadi pada kulit jantung, dan disebut perikarditis. Beberapa gejala yang dikaitkan dengan miokarditis pada penerima vaksin mRNA Pfizer antara lain:
- sakit dada
- sesak napas
- dada tidak nyaman
- berdebar-debar.
Menurut dr Vito, gejala tersebut dirasakan beberapa hari hingga sepekan setelah mendapat vaksin, umumnya vaksin mRNA. Selain vaksin Pfizer, vaksin lain yang menggunakan platform mRNA adalah Moderna.
Penerima vaksin mRNA yang mengalami miokarditis terbilang langka. Umumnya dialami pria usia 30 tahun ke bawah dan setelah suntikan dosis kedua.
Vaksin Pfizer Vs Miokarditis, Dokter Jantung: COVID-19 Tetap Lebih Bahaya!
