
Potensi Merger dan Lelang Frekuensi, Membuat Operator Semakin Kuat!

Jakarta, – Kabar merger Tri Indonesia dan Indosat Ooredoo memang dinilai menjadi angin segar bagi industri telekomunikasi tanah air, yang sudah sekian tahun dihuni banyak pemain.
Kendati diharapkan, faktanya tidak mudah untuk melakukan merger, setidaknya hal ini yang terlihat pada PT Hutchison 3 Indonesia (H3I) dan PT Indosat Tbk (Indosat Ooredoo), yang baru saja sepakat untuk memperpanjang periode eksklusif negosiasi penggabungan kedua bisnis tersebut hingga 30 Juni 2021. Yang awalnya nota kesepahaman negosiasi antara dua perusahaan itu berlaku hingga 30 April 2021.
Baca juga: Opensignal: Merger Indosat dan 3 Bisa Mengubah Lanskap Persaingan Indonesia
Heru Sutadi, Direktur Eksekutif ICT Institute melihat ada banyak kemungkinan yang terjadi dari kabar merger Tri Indonesia dan Indosat Ooredoo. “Nilai merger akan tergantung siapa yang diambil, membeli 100 persen saham Indosat Ooredoo tentu akan berbeda dengan jika Indosat Ooredoo membeli 100 persen saham 3 Indonesia. Atau, bisa saja keduanya bergabung dan hadirkan perusahaan baru, atau menggunakan nama salah satu operator, kepemilikannya berdua dengan persentase tertentu,” jelas Heru, kepada Tim
Terlebih konsolidasi yang terjalin antara operator telekomunikasi akan bermpak positif pada kebutuhan frekuensi jaringan, guna memberikan layanan berkualitas pada pelanggan, khususnya untuk mengadirkan layanan 5G.
Baca juga: Catatan Akhir 2020: Menakar Peluang Keberhasilan Merger Indosat dan Tri Hutchison
Kemudian melalui merger itu pula, juga akan membuat perusahaan telekomunikasi semakin kuat, sehingga laju untuk mengelar jaringan akan lebih cepat dan masif. Dan terlebih memang jumlah operator di Indonesia terlalu banyak, dan perlu dikerucutkan hingga 3 atau 4 operator. Sumber daya frekuensinya pun terbatas, dan untuk biyaya investasi untuk membangun jaringan di seluruh Indonesia tak dipungkiri sangat mahal hingga menghambat laju industri telekomunikasi itu sendiri.
Operator Telco Semakin Kuat
Alhasil, dengan konsolidasi yang terjalin antara 3 Indonesia dan Indosat Ooredoo maka spektrum dimiliki keduanya kalau digabungkan akan mencapai 72,5 MHz (Indosat 42,5 MHz, Tri 25 MHz) sangat ideal untuk megelola 95 juta pelanggan dari kedua perusahan tersebut. “Kita tunggu saja apakah pendekatan akan berlanjut atau seperti apa. Sebab biasanya prosesnya juga akan panjang,” kata Heru.
Baca juga: Gagal di Lelang 2,3 GHz, XL Axiata Akan Fokus Tingkatkan Layanan 4G
Hal ini menjadi menarik, pasalnya operator lain, Telkomsel dan Smartfren juga semakin kuat, dengan berhasil memenangkan tahapan lelang harga pita frekuensi 2,3 GHz yang bertujuan untuk meningkatkan kapasitas jaringan bergerak seluler, meningkatkan kualitas layanan secara maksimal, serta mendorong akselerasi penggelaran infrastruktur TIK dengan teknologi generasi kelima (5G). Sementara XL Axiata yang juga masuk pada tahap ini harus kembali tersingkir untuk kedua kainya pada lelang tersebut.
Baca juga: Pengamat: Smartfren Dan Telkomsel Berpeluang Menjadi Operator 5G Pertama di Indonesia
Telkomsel dalam hal ini berhasil meraih dua blok yaitu A dan C dengan harga lelang masing-masing Rp176,9 miliar, sementara Smartfren mendapatkan blok B dengan penawaran Rp176,5 miliar. Sehingga masing-masing operator yang identik berwarna merah itu mendapatkan tambahan spektrum, yang dimana Smartfren memperoleh 10 MHz dan sisanya 20 MHz dikantongi Telkomsel.
sebelumnya kedua operator seluler itu telah memiliki masing-masing lebar pita 30 MHz. Dengan hasil lelang frekuensi 2,3 GHz, maka Telkomsel menguasai 50 MHz dan Smartfren 40 MHz.
Potensi Merger dan Lelang Frekuensi, Membuat Operator Semakin Kuat!
