Berharganya Tabung Oksigen di India, Jadi Rebutan di Tengah ‘Badai’ COVID-19

Jakarta –
Seorang petugas kremasi jenazah di India mengisahkan, tak pernah menyangka akan berhadapan dengan situasi ini. Selama bertahun-tahun ia melakoni perkerjaan membantu mengkremasi mayat, saat ini ia hampir tidak berhenti bekerja.
Charanjeev harus tetap bekerja setelah India dihantam gelombang kedua COVID-19, yang jauh lebih menular dan mematikan.
Selama empat hari terakhir negara tersebut mencatatkan rekor dalam kasus infeksi harian dengan korban meninggal yang sangat banyak. Media setempat menduga kematian sebenarnya akibat virus Corona berkali-kali lipat lebih banyak dari yang diumumkan secara resmi.
Charanjeev tidak menyangka, akan banyak korban meninggal juga tercatat di New Delhi, yang notabene ibu kota India.
“Orang-orang tidak mendapatkan oksigen, dan mereka mati seperti binatang,” jelas Charanjeev dikutip dari laman BBC.
Ia menjelaskan karena banyaknya jenazah yang harus dikremasi, mereka tidak mempunyai sumber daya yang cukup seperti oksigen. Oksigen yang seakan menjadi barang paling bernilai di India di tengah hantaman oleh mutasi ganda COVID-19 ini.
Dari berbagai pemberitaan yang beredar, kebanyakan pasien meninggal karena kekurangan oksigen maupun ruang perawatan yang tidak cukup menampung pasien.
Berbagai fasilitas medis mengeluh karena mereka berpacu dengan waktu untuk menyelamatkan pasien di tengah makin menipisnya stok oksigen.
Beratnya beban yang ditanggung sistem kesehatan akibat virus Corona dirasakan oleh Dr Tarqeem Haider, Kepala Medis Rumah Sakit Pentamed.
Ia mengungkapkan jika hampir tidak bisa tidur selama pekan kemarin karena mengurusi pasien.
“Bahkan, kami sempat ingin menangis karena kami tidak memberikan perawatan dengan layak kepada mereka,” kata dia.
Pemerintahan Perdana Menteri Narendra Modi sebenarnya telah berusaha untuk mengatasi kelangkaan oksigen. Kementerian transportasi mengatur “Oxygen Express”. Kereta api dengan persediaan bantuan napas untuk disalurkan ke daerah paling terdampak.