Kisah Sri Rezeki Jadi Dokter Sejak 1972 hingga Hadapi Pandemi

Jakarta

Ketua Indonesian Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI) Sri Rezeki Hadinegoro telah jadi dokter umum sejak 1972. Saat itu ia berdinas di RSU Kabupaten Sumedang dan dua Puskesmas di Sumedang. Pengalaman tersebut membuatnya amat mencintai dunia kesehatan. Masyarakat kecil yang jauh dari fasilitas kesehatan masa itu menjadi perhatian utama Sri Rezeki sebagai dokter baru.

“Dokter menjadi orang yang dapat menolong bukan saja di bidang kesehatan perorangan tetapi lebih ke kesehatan masyarakat,” ujarnya dalam keterangan tertulis, Jumat (23/4/2021).

Dia menceritakan sejak kecil dirinya memiliki perasaan kasihan jika melihat orang sakit atau menderita, ada suatu dorongan ingin menolong. Mungkin hal ini terinspirasi dari suasana rumah, ayahnya juga seorang dokter yang praktik di rumah. Jadi setiap hari Sri Rezeki melihat orang sakit dan kadangkala ikut ke rumah sakit bersama ayahnya.

Setelah remaja, dia mengaku sempat kurang tertarik pada dunia kesehatan malahan ingin memperdalam dunia pertanian karena senang bercocok tanam. Namun setelah lulus SMA, imbuhnya, ibu menganjurkan mendaftar ke fakultas kedokteran untuk dapat menggantikan ayah yang saat itu telah menderita stroke dan tidak dapat praktik lagi.

Saat itu dia yakin pilihan seorang ibu, yang merupakan seorang Kartini di hati Sri Rezeki, pasti benar. Dan benar, dia diterima baik di FKUI di Jakarta maupun FK UNPAD di Bandung. Namun karena tinggal di Bandung dan harus membantu merawat ayah yang tidak lagi sehat maka pilihan Prof Sri Rezeki bersekolah di FK UNPAD.

Dia mengisahkan banyak pengalaman yang tidak bisa dilupakan saat berkecimpung di dunia kesehatan. Di antaranya cara menolong ibu melahirkan dengan peralatan sederhana, melakukan visum seorang nenek yang terbunuh, mengobati narapidana kakap yang setelah sembuh malahan melarikan diri, menolong korban kecelakaan bus masuk jurang dengan berbagai tipe luka, mengirim pasien yang mengalami nyeri perut hebat karena peradangan usus buntu ke RSHS Bandung mempergunakan truk, membangun ruangan ICU dan mendirikan sekolah perawat di Sumedang, dan masih banyak lagi.

“Setelah saya pindah ke Jakarta mengikuti suami maka saya bekerja di Puskesmas Mampang Prapatan, Pela Mampang dan Kuningan Barat di Jakarta Selatan. Maka dalam masa 4 tahun bekerja di Puskesmas saya mulai tertarik pada kesehatan anak dan pada tahun 1979-1983 saya mengambil spesialis anak di FKUI,” kisahnya.

Terkait situasi saat ini di dunia dan termasuk di Indonesia bahwa pandemi COVID-19 tidak segera berakhir, Sri Rezeki menilai, tidak salah jika mengatakan pandemi COVID-19 ini telah didesain Yang Maha Kuasa untuk memberikan peringatan kepada umat manusia.

Konsep ‘One Health’, yakni semua harus memperhatikan semua makhluk hidup di dunia, manusia dan makhluk hidup lain termasuk hewan yang sangat kecil pun harus menjadi perhatian bersama. Ilmu pengetahuan diuji, kebersamaan antarnegara di dunia diuji, dan yang paling penting adalah
harus mengembangkan inovasi dalam bekerja sama untuk mengatasi pandemi ini.

“Maka kita di negara ini harus taat mengikuti pedoman yang telah ada serta mengkaji perjalanan pandemi beserta masalahnya dan senantiasa melakukan evaluasi terhadap hal-hal yang perlu diperbaiki,” ujar Sri Rezeki.

Ketika ditanya bagaimana peran perempuan menghadapi pandemi seperti saat ini, menurutnya peran perempuan tidak berubah dalam situasi apapun. Perempuan dapat mengerjakan apapun yang berguna menyangkut bidang kesehatan, pendidikan, dan kesejahteraan anak bangsa. Dia bersyukur wanita telah dapat berkarya di semua bidang.

Saat ini para ibu dapat membantu anak-anak mengerjakan pekerjaan sekolah secara daring, dan tidak lupa memperhatikan anak atau keluarga lainnya melakukan protokol kesehatan. Dengan adanya pandemi ini, ada hal yang juga penting disadari kiprah wanita di dalam rumah.

“Saat ini kita banyak waktu untuk berinteraksi dengan anggota keluarga, terutama anak, cucu dan suami. Bagi para wanita pekerja saat ini mempunyai waktu lebih banyak untuk mengerjakan pekerjaan yang selama ini terbengkalai,” katanya.

Menyinggung soal vaksinasi, Sri Rezeki menegaskan kaidah telah terbukti vaksinasi
merupakan upaya ampuh dalam memerangi penyakit yang berbahaya. Vaksinasi terbukti juga aman dan efektif baik untuk dewasa, lansia, dan anak-anak.

Dalam situasi pandemi ini, vaksinasi menjadi alternatif untuk dapat segera mengakhiri pandemi, jika dikerjakan bersama protokol kesehatan yang telah dicanangkan selama ini. Semakin cepat semua warga mendapat vaksinasi, semakin menurun terjadinya penularan virus SARS-CoV-2 sebagai penyebab COVID-19, dan semakin turun angka kesakitan dan kematiannya oleh karena semakin cepat kekebalan kelompok atau herd immunity tercapai.

“Imbauan saya, jika sudah mendapat kesempatan untuk divaksinasi bersegeralah, takutlah pada penyakitnya (COVID-19) dan jangan takut pada vaksinasinya karena efek samping sangat minimal dan cepat hilang dalam 1-2 hari. Insyaallah,” katanya.


Terima kasih telah membaca artikel

Kisah Sri Rezeki Jadi Dokter Sejak 1972 hingga Hadapi Pandemi