Kalina Oktarani Didiagnosa Pneumonia, Ini Bedanya dengan COVID-19

Jakarta –
Kalina Oktarani menceritakan kondisi kesehatannya saat ini. Awalnya, kekasih Vicky Prasetyo itu mengatakan ia sempat dinyatakan mengidap tifus.
Dari hasil pemeriksaan yang dijalaninya, dokter sempat mencurigai Kalina mengidap COVID-19 karena hasil CT scan menunjukkan adanya pneumonia di parunya. Beruntung hasil tes swabnya menyatakan ia negatif SARS-CoV-2, virus penyebab COVID-19.
Pneumonia adalah infeksi paru-paru. Virus, bakteri, dan jamur bisa menjadi penyebabnya. Pneumonia dapat menyebabkan kantung udara kecil di paru-paru, yang dikenal sebagai alveoli, terisi cairan.
Pneumonia bisa menjadi komplikasi dari COVID-19. Orang dengan pneumonia COVID-19 juga dapat mengembangkan sindrom gangguan pernapasan akut (ARDS), jenis kegagalan pernapasan progresif yang terjadi ketika kantung udara di paru-paru terisi cairan.
Apa perbedaan pneumonia COVID-19 Vs pneumonia biasa?
Gejala pneumonia karena COVID-19 sebenarnya mirip dengan jenis pneumonia virus lainnya. Oleh karena itu, sulit untuk mengetahui apa yang menyebabkan kondisi Anda tanpa menjalani tes COVID-19 atau infeksi saluran pernapasan lainnya.
Penelitian sedang dilakukan untuk menentukan bagaimana pneumonia COVID-19 berbeda dari jenis pneumonia lainnya. Informasi dari penelitian ini berpotensi membantu dalam diagnosis dan meningkatkan pemahaman kita tentang bagaimana SARS-CoV-2 memengaruhi paru-paru.
Para peneliti menemukan bahwa orang dengan pneumonia COVID-19 lebih cenderung memiliki:
- Pneumonia yang mempengaruhi kedua paru-paru, bukan hanya satu
- Paru-paru yang memiliki gambaran karakteristik “ground-glass” yang dilihat melalui CT scan
- Kelainan pada beberapa tes laboratorium, terutama yang menilai fungsi hati.
Bagaimana gejalanya?
Gejala pneumonia yang disebabkan oleh COVID-19 mirip dengan gejala jenis pneumonia biasa dan dapat meliputi:
- Demam
- Panas dingin
- Batuk yang persisten
- Nyeri dada saat menarik napas dalam atau saat batuk
- Kelelahan.
Namun, terkadang pneumonia akibat COVID-19 lebih serius. Sebuah studi besar dari China menemukan bahwa sekitar 14 persen kasusnya parah, sedangkan 5 persen diklasifikasikan sebagai kritis.
Orang dengan kasus COVID-19 yang parah mungkin mengalami serangan pneumonia yang lebih serius. Gejala mungkin termasuk kesulitan bernapas dan kadar oksigen rendah. Dalam kasus kritis, pneumonia dapat berkembang menjadi ARDS atau gangguan pernapasan berat.