Gegara Restrukturisasi, Nokia Ditinggalkan Banyak Eksekutif Senior

Jakarta, – Presiden Layanan dan Operasi Global Nokia Sanjay Goel menjadi eksekutif senior terbaru yang dilaporkan akan meninggalkan perusahaan, menyusul restrukturisasi besar-besaran yang diberlakukan oleh CEO Nokia Pekka Lundmark.

Goel memegang sejumlah posisi senior di Nokia sejak kedatangannya pada 2001. Ia telah memimpin divisi Layanan Global sejak 2018. Ia kemudian dipercaya sebagai Presiden Operasi pada Januari 2020.

Eksodus para eksekutif Nokia telah diberitakan oleh Reuters pada 8 Desember 2020. Hengkangnya Goel hanya berselang kurang dari sebulan setelah pengumuman keluarnya dua figur penting perusahaan, yaitu CTO Marcus Weldon dan CMO Barry French.

Perwakilan Nokia tidak langsung mengonfirmasi kepergian Goel, tetapi mengatakan kepada media selular terkemuka, Mobile World Live bahwa vendor tersebut “beralih ke model operasi baru, yang dirancang agar lebih sesuai dengan kebutuhan pelanggannya”.

“Model baru, yang akan diterapkan pada 1 Januari 2021, akan mengurangi kompleksitas, meningkatkan efisiensi biaya, dan mendorong akuntabilitas dan transparansi di seluruh bisnis.”

Manajemen baru Nokia dibawah Pekka Lundmark, menyebutkan bahwa bagian dari pendekatan baru melibatkan sejumlah hal yang bersifat: “merampingkan tim kepemimpinan grup, untuk mendukung empat grup bisnis baru dengan sebaik-baiknya. Akibatnya, ada beberapa evolusi dalam tim senior dan perubahan ini sedang dikerjakan di tingkat individu ”.

Vendor jaringan asal Finlandia itu, mengungkapkan rincian lebih lanjut tentang struktur baru pada minggu depan, setelah menguraikan rincian awal selama presentasi hasil Q3 oleh Lundmark pada Oktober.

Modelnya yang direvisi akan membuatnya membatalkan strategi end to end yang sebelumnya dilakukan oleh mantan CEO Rajeev Suri demi empat divisi otonom yang bertanggung jawab atas garis bawah mereka sendiri.

Perubahan strategi ini merupakan upaya manajemen baru perusahaan untuk menghidupkan kembali kejayaannya di bidang utama termasuk 5G, di mana vendor telah kehilangan sejumlah kontrak yang menguntungkan.

Meski ditinggalkan sejumlah eksekutif papan atas, kinerja Nokia belakangan mulai membaik. Vendor yang berbasis di Espoo, Finlandia, mengumumkan telah mencapai 100 kesepakatan 5G komersial secara keseluruhan, setelah menambahkan 17 perjanjian baru sepanjang Q3-2020, menyegel kemenangan besar di Inggris dan Finlandia sambil melihat peningkatan daya tarik di antara pelanggan perusahaan. Kontrak 5G sebanyak itu, menjadikan Nokia sejajar dengan pesaing terdekatnya, Ericsson. Vendor asal Swedia itu meraih 100 kontrak 5G pada Agustus 2020.

Memang setelah melakukan serangkaian efisiensi dan peningkatan kontrak 5G di sejumlah negara, pada akhir 2019, kinerja Nokia mulai membaik. Perusahaan mampu meraih pendapatan €23,315 miliar, tumbuh 3% dibandingkan 2018.

Meski tumbuh kecil, Nokia membukukan laba €18 juta pada 2019. Ini adalah kali pertama Nokia meraih laba, setelah beberapa tahun sebelumnya selalu mengalami kerugian.

Pada 2018 Nokia menelan kerugian €549 juta. Begitu pun pada tahun fiskal 2017, Nokia mencatatkan rugi bersih sebesar 1,49 miliar euro atau setara US$1,8 miliar. Kerugian ini naik dua kali lipat dari tahun 2016 dimana perusahaan mencatatkan rugi bersih 751 juta euro.

Sayangnya laba yang baru saja diraih bisa saja menguap. Pasalnya perusahaan membutuhkan dana tak kurang dari € 500 juta untuk mengatasi dampak dari pandemi corona. Kondisi itu diperburuk dengan dengan penurunan kontrak jaringan di China, sehingga bisa menyebabkan penurunan pendapatan pada akhir 2020.

Terima kasih telah membaca artikel

Gegara Restrukturisasi, Nokia Ditinggalkan Banyak Eksekutif Senior