Fitur di Aplikasi Nafas Akan Informasikan Jika Kualitas Udara Kurang Baik

Jakarta, – Sudah bukan rahasia bahwa polusi udara sudah menjadi masalah terbesar di dunia, termasuk Indonesia. Ibukota Jakarta pun saat ini masuk ke dalam peringkat keempat kota paling tercemar di dunia.
Piotr Jakubowski, Co-founder & Chief Growth Officer Nafas menjelaskan, dan untuk semakin memberi keamanan masyarakat dalam berolahraga, Nafas turut menghadirkan fitur terbarunya. yakni pencarian PM 2.5 di “maps” dalam aplikasi bisa semakin dipermudah dengan mengubah data dari Air Quality Index (AQI) menjadi PM2.5.
Pengguna juga bisa mendapatkan notifikasi (alert) untuk membatasi waktu olahraganya jika sedang berada di lokasi yang memiliki kualitas udara kurang baik. Notifikasi khusus ini muncul di semua data point, baik itu di peta maupun di halaman detail.
Sebagai aplikasi kualitas udara, Nafas telah memasang 46 sensor kualitas udara di berbagai titik di Jabodetabek. Setiap sensor itu nantinya dapat memberikan data kualitas udara real-time bagi pengguna melalui aplikasi. Aplikasi pemantauan kualitas udara ini memberikan data kualitas udara di DKI Jakarta, Bogor, Tangerang, Tangerang Selatan, Bekasi dan Depok. Dengan jaringan sensor yang sudah terpasang, diharapkan kualitas udara ini bisa dipakai publik dengan baik dengan aplikasi yang mudah dipakai dan dibaca.
Adanya pandemi Covid-19 membuat sebagian besar masyarakat memilih kegiatan olahraga luar ruangan (outdoor) agar kesehatannya tetap terjaga.
“Beberapa pilihan olahraga yang paling banyak diminati antara lain bersepeda, lari, jalan santai, hingga bermain futsal. Namun, nyatanya ada risiko pada kesehatan yang kurang disadari saat melakukan olahraga outdoor, yakni bahaya polusi udara. Hal ini yang mendasari Nafas, aplikasi kualitas udara lokal, merilis data adanya risiko kesehatan saat olahraga outdoor pukul 04.00 – 09.00 WIB berdasarkan Polusi Particulate Matter (PM 2,5) dunia. Dengan temuan ini, diharapkan masyarakat dapat merencanakan waktu dan durasi terbaik dalam berolahraga outdoor secara aman,’kata Piotr.
Melihat adanya tren olahraga outdoor yang semakin marak Nafas juga mencoba untuk mengamati data kualitas udara di Jabodetabek yang diharapkan bisa menjadi penentu keselamatan saat berolahraga.
Berdasarkan data temuan, banyak lokasi yang sering kali memiliki tingkat PM2.5 yang telah melebihi 100 (ambang batas aman). Tentu ini menyoroti pentingnya mengambil tindakan pencegahan yang diperlukan untuk olahraga yang aman. Jangan sampai risiko kesehatan dari polusi udara ternyata melebihi manfaat berolahraga.
Dia menjelaskan,berdasarkan data yang dirilis, lima wilayah yang dipantau selama 30 hari pada bulan Agustus 2020, (DKI Jakarta, Tangerang, Tangerang Selatan, Depok, Bekasi), kota dengan pembacaan PM2,5 rata-rata terendah adalah Bogor dan Jakarta Pusat.
“Sebaliknya, dua daerah yang paling memprihatinkan adalah Tangerang Selatan dan Bekasi yang memiliki kualitas udara 5 hari tidak layak untuk berjalan di luar selama lebih dari 30 menit. Sampel tersebut diambil dari 46 sensor kualitas udara di wilayah Jabodetabek pada eksposur selama olahraga pagi, yakni pukul 05.00 – 09.00 WIB.”terang Piotr.
Baca Juga :Aplikasi Nafas Bantu Pemprov DKI Pantau Kualitas Udara
Data temuan lainnya, rata-rata kualitas udara pada Jumat pagi di sebagian besar lokasi di Jabodetabek lebih baik dari hari-hari lainnya. Untuk wilayah Jakarta Pusat dan Tangerang, Kamis pagi lah yang memiliki kualitas udara terbaik selama seminggu. Adapun beberapa hari dengan kualitas udara terburuk adalah Minggu, Selasa, dan Rabu bergantung pada lokasinya. Di wilayah Tangerang, Tangerang Selatan, Jakarta Selatan dan Bogor, Minggu menjadi hari dengan polusi tertinggi.
Menurut Erlang Samoedro, Dokter Spesialis Paru (Pulmonologist PM2.5 merupakan polutan paling berbahaya jika terhirup di tubuh manusia,) menjelaskan bahayanya jika PM2.5 terhirup, Sekali kita berolahraga, tingkat pernapasan akan meningkat signifikan hingga 40-60 napas per menit, berbeda dengan aktivitas normal yang hanya mengambil napas 15 kali per menit. Ditambah lagi, intensitas olahraga yang berbeda menyebabkan perbedaan volume udara yang dihirup. Tentu adanya peningkatan pernapasan saat berolahraga di kualitas udara yang buruk semakin memberi risiko jumlah aerosol yang terhirup, termasuk PM2.5. Beberapa risiko penyakit yang mungkin muncul karena terhirupnya PM2.5 antara lain asma, stroke, dan kanker paru-paru.