Perokok Lebih Rentan Tertular COVID-19, Ini Kata Dokter Jantung

Jakarta –
Perokok dikabarkan memiliki risiko tinggi terpapar COVID-19. Mereka juga diintai risiko fatalitas tinggi dari COVID-19.
Perokok kemungkinan lebih sering melepas masker di tempat-tempat ramai untuk mengisap rokoknya. Hal itu meningkatkan kemungkinan terpapar virus Corona dari lingkungan. Belum lagi potensi penularan virus melalui tangan saat merokok.
Dokter spesialis jantung, dr. Vito Anggarino Damay mengatakan COVID-19 adalah penyakit yang menyerang paru-paru, sementara merokok merusak fungsi paru-paru dan menurunkan kekebalan tubuh. Saat perokok terinfeksi COVID-19, mereka lebih susah memerangi virus ini.
dr. Vito memaparkan bukti-bukti yang ada saat ini menunjukkan perokok memiliki tingkat kematian dan keparahan yang lebih tinggi dibanding pasien COVID-19 yang bukan perokok. Selain itu, bahaya dari rokok tidak hanya mengintai perokok aktif, tapi juga orang-orang di sekitar yang menjadi perokok pasif. Asap rokok berpotensi menurunkan kekebalan tubuh sehingga rentan terpapar penyakit.
“Yang paling kasihan perokok pasif. Karena mereka ini adalah bukan penikmat rokok tapi terkena imbas dari asapnya yang terhirup secara tidak langsung. Walaupun memang yang paling berat adalah perokok itu sendiri, karena pada asapnya itu ada sel-sel radang yang menyebabkan kemampuan pertahanan tubuh kita berkurang. Sehingga saat terinfeksi virus dan penyakit-penyakit lain, lebih gampang terserang,” ungkap dr. Vito dikutip dari laman covid19.go.id, Selasa (10/11/2020).
Untuk menghindari risiko COVID-19, perokok diimbau menerapkan gaya hidup sehat dengan berhenti merokok dan rutin beraktivitas fisik. Hal itu juga berlaku bagi orang-orang yang memiliki penyakit komorbid, seperti penyakit jantung dan paru-paru.
“Perlu untuk memperhatikan risiko penyakit jantung, risiko penyakit pembuluh darah lainnya, bahkan risiko penyakit paru-paru selain COVID-19, sehingga orang yang masih merokok dan kurang aktivitas fisik, harus mengubah gaya hidup mereka agar lebih sehat. Jadi di masa depan, kalau kita memperhatikan COVID-19 saja, tanpa memperhatikan penyakit lainnya, bisa saja menjadi pandemi yang baru,” imbuh dr. Vito.
Ia menambahkan penyakit tidak menular seperti penyakit jantung, tidak memerlukan vaksin khusus untuk melawannya. Penerapan pola hidup sehat, kata dr. Vito, dapat menurunkan risiko terkena penyakit jantung koroner atau serangan jantung hingga 80%.
“Kuncinya kita harus tetap bergerak, karena saat kita bergerak imunitas bisa meningkat. Imunitas ini terdiri dari sel-sel kekebalan tubuh, yang lebih bagus saat sirkulasi kita lancar. Sirkulasi kita lancar tercipta saat kita bergerak dan aktivitas pompa jantung kita lebih baik. Jadi pada akhirnya kita bisa menjaga tubuh kita secara keseluruhan untuk kuat menghadapi penyakit dan risiko penyakit jantung sekaligus.” ulas dr. Vito.
Aktivitas fisik tetap bisa dilakukan saat bekerja dari rumah, dengan melakukan gerakan berdiri dan berjalan-jalan selama 30 menit setelah duduk berjam-jam di depan layar komputer. Olahraga bersama dengan keluarga sambil tetap menjaga jarak aman di rumah juga dapat menciptakan kebersamaan yang berkualitas dan membantu menurunkan stres.
Selain itu, masyarakat juga diimbau untuk selalu #IngatPesanIbu dalam menerapkan 3M, yaitu menggunakan masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan seperti yang dikampanyekan Satgas COVID-19.