Drama 5G di Perancis, Dari Larangan Huawei Hingga Peluncuran Di Tengah Aksi Boikot

Jakarta, – Jaringan telepon 5G generasi terbaru memiliki lampu hijau untuk diluncurkan di Prancis pada akhir bulan ini, ungkap regulator telekomunikasi nasional, Rabu (2/11) setelah menyelesaikan lelang frekuensi.

Regulator telekomunikasi Perancis, Arcep mengatakan lelang frekwensi 5G menghasilkan 2,8 miliar euro ($ 3,3 miliar) dari empat operator telekomunikasi, masing-masing Bouygues Telecom, Free Mobile, Orange dan SFR.

Dalam keterangannya, Arcep menyebutkan bahwa ke empat operator tersebut sudah dapat memulai operasi komersial 5G pada 18 November 2020. Namun karena formalitas administratif, kemungkinan baru akan diluncurkan secara resmi antara 20 dan 30 November.

Menurut Arcep, teknologi 5G menjanjikan lompatan eksponensial dalam jumlah dan kecepatan data nirkabel yang dapat ditangani oleh jaringan dan handset, memungkinkan kemajuan dalam kendaraan self-driving, realitas virtual, kesehatan yang terhubung, dan banyak lagi saat sensor dan server berkomunikasi hampir seketika.

Arcep mewajibkan setiap operator harus menawarkan 5G di dua kota pada akhir tahun ini. Pada 2022, targetnya adalah cakupan 75% di Prancis, dengan cakupan 100% pada 2030.

Sebelumnya layanan 5G telah diuji coba di sejumlah kota utama, seperti Belfort, Bordeaux, Douai, Grenoble, Lannion, Lille, Lyon, Marseille, Nantes, Sophia Antipolis dan Toulouse.

Langkah cepat Arcep meluncurkan layanan 5G setelah aksi lelang yang menghasilkan sekitar 2,8 miliar euro, merupakan babak selanjutnya setelah otoritas Perancis resmi “melarang” keterlibatan Huawei dalam pembangunan jaringan 5G di negara itu, dengan alasan aksi spionase dan ancaman keamanan nasional.

Dalam pengumuman resmi pada Juli lalu, otoritas Perancis mengatakan kepada operator telekomunikasi yang berencana untuk membeli peralatan Huawei 5G bahwa mereka tidak akan dapat memperbarui lisensi untuk peralatan begitu masa kerjasama berakhir. Kebijakan tersebut secara efektif akan menghapus perusahaan China dari jaringan selular di negara itu.

Badan keamanan siber Prancis ANSSI mengatakan bahwa pihaknya masih akan mengizinkan operator untuk menggunakan peralatan, termasuk Huawei, di bawah lisensi tiga hingga delapan tahun. Meski demikian, ANSSI mendesak perusahaan telekomunikasi saat ini, agar tidak menggunakan peralatan perusahaan China dan beralih ke penyedia jaringan lainnya.

Pembatasan seperti itu, bagaimanapun, akan menjadi penghilangan secara de facto terhadap Huawei dalam jaringan 5G Prancis pada 2028, mengingat kerangka waktu singkat dari lisensi yang diberikan kepada operator.

Di luar persoalan Huawei, peluncuran 5G berlangsung di tengah-tengah sentimen negara-negara muslim terhadap Perancis. Sikap Presiden Prancis Emmanuel Macron terhadap karikatur Nabi Muhammad berujung pada seruan boikot produk Prancis.

Beberapa negara yang telah melakukan gerakan boikot adalah Arab Saudi, Qatar, Kuwait, Aljazair, Sudan, Palestina, dan Maroko. Bahkan yang terbaru, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menyerukan rakyatnya agar melakukan hal yang sama. Seruan boikot juga menggema di Indonesia.

Dilansir dari Al Jazeera, Rabu (28/10/2020), setelah seruan boikot produk Prancis dari para pengusaha dan asosiasi bisnis negara-negara Arab, sejumlah toko-toko ritel dan supermarket menarik produk-produk buatan Prancis dari rak-rak penjualan. Tampak dalam beberapa foto-foto yang beredar, rak-rak swalayan yang berisi produk impor Prancis dikosongkan.

Memang belum diketahui secara pasti seberapa besar pengaruh kampanye boikot produk yang dilakukan beberapa negara-negara Timur Tengah terhadap perekonomian Prancis. Namun, jika negara dengan mayoritas penduduknya muslim mengikuti langkah tersebut, maka hal ini bisa menjadi ancaman bagi Prancis.

Terlepas dari polemik yang tengah dihadapi, Prancis kini bergabung ke dalam negara-negara Eropa yang sudah meluncurkan layanan 5G. Sebelumnya berdasarkan laporan lembaga riset Viavi Solution, hingga pertengahan 2020, layanan 5G sudah dinikmati pelanggan di Austria, Estonia,  Finlandia, Jerman, Hungaria, Irlandia, Italia, Latvia, Lithuania, Monaco, Polandia, Rumania, San Marino, Spanyol, Swedia, Swiss, dan Inggris.

Dari ke semua negara Eropa itu, Monaco tercatat sebagai negara pertama di Eropa yang meluncurkan 5G. Negeri mungil itu, resmi memperkenalkan 5G pada Juli 2019. Menariknya, seluruh jaringan 5G Monaco dibangun oleh Huawei sebelum vendor jaringan asal China itu, mendapat tekanan dari AS dan sekutu-sekutunya.

Pada September 2018, Monaco Telecom, yang dimiliki oleh miliarder Prancis Xavier Niel, menandatangani perjanjian dengan Huawei untuk menjadikan kerajaan kecil itu sebagai negara pertama di Eropa yang sepenuhnya dicakup oleh 5G. Kurang dari setahun layanan 5G pada akhirnya meluncur di negeri yang terkenal dengan kasinonya itu.

Terima kasih telah membaca artikel

Drama 5G di Perancis, Dari Larangan Huawei Hingga Peluncuran Di Tengah Aksi Boikot