Setelah Indonesia dan Fiji, Sierra Leone Jadi Negara Ke-100 yang Bisa Akses Layanan Starlink

– layanan internet satelit, kini hadir di 100 negara, kata CEO SpaceX Elon Musk pada Rabu (12/6).

“Starlink kini tersedia di 100 negara!” Musk membagikan ini dalam sebuah postingan di X.

Menurut Musk, tidak diperlukan kontrak jangka panjang untuk memesan layanan internet berkecepatan tinggi dengan Starlink.

“Pemesanan online mudah dalam 2 menit,” tambah Musk.

Sierra Leone di Afrika adalah negara ke-100 yang bergabung dalam daftar tersebut. Negara yang terletak di kawasan Afrika Barat itu, adalah negara Afrika ke-10 yang terhubung ke Starlink.

“Ini menandai negara, wilayah, atau pasar lain ke-100 di seluruh dunia yang menyediakan internet berkecepatan tinggi dan latensi rendah dari Starlink,” kata Starlink berbagi di X.

Otoritas Komunikasi Nasional Sierra Leone (NATCA) menyetujui lisensi Starlink, setelah sekitar satu tahun evaluasi teknis yang dimulai pada 2023.

Ketua Menteri David Moinina Sengeh dilaporkan menyebutnya sebagai “langkah penting menuju tujuan pemerintah yaitu konektivitas universal dan transformasi pendidikan”.

Baca Juga: Starlink Justru Susah di Perkotaan, Terhalang Gedung Tinggi

Starlink, penyedia broadband satelit yang dioperasikan oleh SpaceX milik Elon Musk, secara agresif mengembangkan kehadirannya di Afrika sejak awal 2024.

Unit bisnis Space X itu, bersiap akan melakukan lebih banyak peluncuran yang direncanakan dalam beberapa bulan mendatang.

Bukan tanpa alasan Starlink agresif dalam menggarap pasar di wilayah Afrika. Sebagai penyedia layanan internet berkecepatan tinggi dan berlatensi rendah, Starlink mengklaim sebagai solusi di benua yang banyak wilayah pedesaannya memiliki konektivitas jaringan tetap dan atau selular yang buruk atau tidak ada sama sekali.

Situs web Starlink juga menyoroti potensinya sebagai jaringan cadangan jika terjadi bencana alam. Seperti gempa bumi, longsor, dan banjir bandang.

Selain Afrika, pekan lalu, perusahaan mendapat persetujuan dari Sri Lanka untuk meluncurkan layanan satelit.

Presiden Ranil Wickremesinghe mengatakan peluncuran ini “akan merevolusi konektivitas kita, membuka cakrawala baru, terutama bagi generasi muda kita”.

Sebelumnya pada Mei 2024, Musk meluncurkan Starlink di Indonesia dan Fiji.

Berbeda dengan Fiji yang terbilang adem ayam, masuknya Starlink ke tanah air, telah menimbulkan polemik hingga saat ini. Pasalnya, proses perizinan yang terbilang cepat.

Dengan berbagai kelebihannya, Starlink bakal menjadi tantangan berat bagi operator seluler dan pengusaha penyedia layanan internet di Indonesia.

Di tengah melambatnya pertumbuhan industri, mereka juga mendapatkan beban regulatory charge yang besar. Mencapai lebih dari 12%, melebihi indeks global yang hanya 7%.

Banyak juga yang menilai kehadiran Starlink dinilai sarat dengan privilege, sehingga akan membuat industri selular semakin tidak sehat.

Sebagai pihak yang paling terdampak, karena izin retail yang diberikan kepada Starlink, APJII (Asosiasi Pengusaha Jasa Internet Indonesia) telah memberikan pernyataan resmi.

Menurut Ketua Umum APJII Muhammad Arif, kehadiran Starlink yang merupakan layanan internet berbasis satelit itu bisa mematikan penyelenggara jasa internet (ISP) di daerah.

“Layanan Starlink di daerah pedesaan berpotensi mengurangi keberagaman dan pilihan layanan bagi masyarakat setempat, dan dapat mengancam keberlangsungan ISP lokal,” ucapnya.

Secara terbuka, masuknya Starlink ke Indonesia sangat disayangkan oleh Muhammad Arif.  Pasalnya, Starlink bisa membabat habis semua ekosistem telekomunikasi.

Baca Juga: Dampak Starlink Masuk Indonesia, Perang Tarif Bisa Buat Industri Bertumbangan

Terima kasih telah membaca artikel

Setelah Indonesia dan Fiji, Sierra Leone Jadi Negara Ke-100 yang Bisa Akses Layanan Starlink