
Pertemuan Jokowi dan Satya Nadella, Ingat Lagi Janji Microsoft Bangun Data Center di Indonesia

– Setelah bos Apple Tim Cook mendatangi Presiden Jokowi (17/4/2024), kini giliran CEO Micsroft Satya Nadella yang akan melakukan kunjungan serupa pada Selasa besok (30/4/2024).
Kepastian pertemuan CEO Microsoft itu dengan Jokowi yang dijadwalkan berlangsung di Istana Negara, disampaikan oleh Menkominfo Budi Arie Setiadi.
Menurutnya, pertemuan antara Presiden dengan CEO Microsoft ini penting karena Indonesia memerlukan banyak terobosan teknologi.
Pemerintah juga ingin transformasi digital terus berlangsung agar Indonesia bisa menjadi negara maju.
“Indonesia memerlukan banyak terobosan pengetahuan dan teknologi. Kemampuan adaptasi dan inovasi kita juga harus terus ditingkatkan. Detilnya tunggu besok saja, ” jelas Budi, Senin (29/4/2024).
Tak banyak yang diungkapkan oleh Budi Arie. Namun Sebelumnya, Nadella dan Microsoft disebut sudah menyiapkan investasi bernilai besar untuk ditanamkan di Indonesia. Nominalnya mencapai lebih dari Rp 14 triliun.
Baca Juga: Alasan Pelaku Industri Getol Bangun Data Center di Indonesia
Budi tidak menjelaskan secara rinci dana tersebut akan digunakan untuk apa saja. Namun, mantan ketua umum Projo (Pro Jokowi) itu, bilang salah satunya bakal dimanfaatkan untuk pemberdayaan sumber daya manusia (SDM).
Jika dengan Tim Cook merupakan pertemuan pertama, namun bagi Jokowi persamuan dengan Satya Nadella adalah kali ketiga.
Satya Nadella perdana mengunjungi Indonesia pada akhir Mei 2016. Kala itu, ia menghadiri acara Microsoft Developer Festival di bilangan Jakarta Selatan.
Pada kedatangan kedua di akhir Februari 2020, pria keturunan India itu menghadiri acara Indonesia Digital Economy Summit.
Dalam pertemuan kedua, Microsoft Corp disebut tertarik untuk berinvestasi di pusat data di Indonesia. Pemerintah akan segera membuat perubahan peraturan untuk memfasilitasi langkah ini.
Hal itu diungkapkan langsung oleh Presiden Jokowi setelah bertemu dengan Satya Nadella, pada Kamis (27/2/2020) di Jakarta.
“Microsoft ingin segera berinvestasi di Indonesia,” kata Presiden Joko Widodo kepada wartawan setelah memberikan pidato di sebuah acara merayakan 25 tahun kehadiran perusahaan di ekonomi terbesar di Asia Tenggara itu.
“Jadi dalam waktu satu minggu kami akan memutuskan peraturan baru yang sederhana untuk mendukung investasi,” kata Jokowi, tanpa menjelaskan tentang kemungkinan peraturan itu atau ukuran potensi investasi.
Meski Jokowi sudah mengungkapkan rencana strategis itu, namun, Microsoft tidak pernah menanggapi pernyataan Presiden.
Rencana Microsoft untuk membangun pusat data di Indonesia, sebenarnya telah santer terdengar sejak 2019. Hal itu diungkapkan oleh Menko Maritim dan Investasi Luhut Panjaitan.
Menurut Luhut, raksasa perangkat lunak itu, dikabarkan akan menanamkan dana investasi sebesar USD 1 miliar atau setara Rp13,6 triliun.
“Tadi dengan Microsoft pagi-pagi. Mereka sangat berminat lagi bikin data center di Indonesia. Dia bilang segera, katanya segera,” ujarnya.
Meski begitu, hingga setahun berselang, investasi Microsoft belum bisa dipastikan kapan akan dimulai. Upaya Indonesia untuk meminta Microsoft segera membangun pusat data, sesungguhnya tidak semudah membalik telapak.
Meski Indonesia berpotensi menjadi salah satu negara dengan pertumbuhan ekonomi digital terbesar, namun sebagai perusahaan teknologi, Microsoft punya hitungan-hitungan tersendiri.
Seperti halnya Amazon, Google, IBM, Facebook dan perusahaan raksasa lainnya, terdapat banyak faktor yang menjadi perhatian Microsoft dalam membangun data center di suatu negara. Alih-alih Indonesia, Singapura masih menjadi pilihan utama di kawasan Asia Tenggara.
Mengutip laporan South China Morning Post (SCMP), terdapat dua alasan utama mengapa Microsoft membangun data center di negara kota itu.
Pertama, dalam percaturan infrastruktur internet, Singapura merupakan“hub” atau area tempat bertemunya perusahaan internet dengan para penggunanya di Asia Tenggara.
Di sanalah pusat kabel internet bawah laut berada, menghubungkan kawasan Asia Tenggara dengan dunia.
Kedua, dibandingkan negara lain di Asia Tenggara, Singapura memiliki undang-undang perlindungan data dan kekayaan intelektual yang kuat.
Hal itu sangat berguna selepas Eropa meloloskan aturan tentang General Data Protection Regulation (GDPR). GDPR adalah undang-undang privasi Eropa yang telah diberlakukan sejak 25 Mei 2018.
Selain itu, masih menurut laporan SCMP, negara Asia Tenggara lain punya aturan yang dianggap tidak biasa. Mereka mewajibkan data warga disimpan di server yang berada di negaranya, tetapi membatasi transfer data lintas-negara.
Bagi Microsoft dan perusahaan internet umumnya, ini menyulitkan. Di dunia internet, batasan seperti batas teritorial negara hampir tak terlihat.
Baca Juga: Saat Jokowi Merengek Pada Apple Agar Bersedia Bangun Pabrik di Indonesia
Pertemuan Jokowi dan Satya Nadella, Ingat Lagi Janji Microsoft Bangun Data Center di Indonesia
